Kamis, 19 Juli 2012

Tanda-Tanda dan Mekanisme Pelepasan Plasenta


      Tanda-tanda lepasnya plasenta
Menurut (Sastrawinata ,1983) Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan kala tinggi. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Plasenta : 1) Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring. 2) Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa; implantasi di cornu; dan adanya plasenta akreta. 3) Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.
Mekanisme pelepasan plasenta

Kontraksi rahim akan mengurangi area uri, karena rahim bertambah kecil dan dindingnya bertambah tebal beberapa sentimeter. Kontraksi-kontraksi tadi menyebabkan bagian yang longgar dan lemah dari uri dan dinding rahim, bagian ini akan terlepas, mula-mula sebagian dan kemudian seluruhnya dan tinggal bebas dalam kavum uteri. Kadang-kadang akan sebagian kecil uri yang masih melekat pada dinding rahim.
Proses penglepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulann darah dibelakang uri akan membantuh penglepasan uri. Bila penglepasan sudah komplit, maka kontraksi rahim mendorong uri yang sudah terlepas ke Segmen Bawah Rahim, lalu kevagina dan dilahirkan.
Selaput ketuban pun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi rahim, sebagian sewaktu keluarnya uri. Ditempat-tempat yang telepas terjadi perdarahan antara uri dan desidua basalis, disebut retroplasenter hematoma (Mochtar, 1998). Menurut (Sastrawinata 1983). Ada 2 metode untuk pelepasan plasenta :
a. Metode Schultze
Metode yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas dari satu titik dan merosot ke vagina melalui lubang dalam kantung amnion, permukaan fetal plasenta muncul pada vulva dengan selaput ketuban yang mengikuti dibelakang seperti payung terbalik saat terkelupas dari dinding uterus. Permukaan maternal plasenta tidak terlihat dan bekuan darah berada dalam kantung yang terbalik, kontraksi dan retraksi otot uterus yang menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darah dengan kuat dan mengontrol perdarahan. Hal tersebut mungkin terjadi karena ada serat otot oblik di bagian atas segmen uterus
b. Metode Matthews Duncan,
Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke vulva dengan pembatas lateral terlebih dahulu seperti kancing yang memasuki lubang baju, bagian plasenta tidak berada dalam kantung. Pada metode ini kemungkinan terjadinya bagian selaput ketuban yang tertinggal lebih besar karena selaput ketuban tersebut tidak terkelupas semua selengkap metode Schultze. Metode ini adalah metode yang berkaitan dengan plasenta letak rendah didalam uterus. Proses pelepasan berlangsung lebih lama dan darah yang hilang sangat banyak (karena hanya ada sedikit serat oblik di bagian bawah segmen.
Mekanisme pengeluaran plasenta
Plasenta yang sudah terlepas oleh kontraksi rahim akan didorong kebawah yang oleh rahim sekarang dianggap sebagai benda asing. Hal ini dibantu pula oleh tekanan abdominal atau mengedan, maka plasenta akan dilahirkan, 20% secara spontan, dan selebihnya memerlukan pertolongan. Ada 3 perasat untuk mengetahui lepasnya plasenta :
a. Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada/diatas symfisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum terlepas, diam atau maju berarti sudah terlepas.
b. KleinSewaktu ada his , rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat kembali berarti plasenta belum terlepas, diam atau turun plasenta terlepas.
c. Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar bertanda plasenta belum terlepas, tak bergetar bertanda plasenta sudah terlepas. Normalnya, penglepasan plasenta ini berkisar ¼ - ½ jam sesudah anak lahir, namun kita dapat menunggu paling lama sampai 1 jam. Tetapi bila terjadi banyak perdarahan atau bila pada persalinan-persalinan lalu ada riwayat perdarahan postpartum, maka tak boleh menunggu, sebaiknya plasenta langsung dikelurkan dengan tangan. Juga kalau perdarahan sudah lebih dari 500 cc atau satu nierbekken, sebaiknya plasenta langung dikeluarkan secara manual (Mochtar, 1998).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar