Minggu, 29 Juli 2012

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemakaian APD

pembahasan tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemakaian APD dapat dilihat pada postingan dibawah ini
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan (sebagian besar di peroleh dari indrah matah dan telinga) terhadap objek tertentu. Menurut Notoatmodjo(1997) pengetahuan merepukan domain yang paling penting terbentuknya tindakan seseorang ( overt behavior) dan pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara . perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran.
Pengetahuan yang mencakup didalamnya 6 (enam) tingkatan yaitu (Notoadmodjo,1993):
1.      Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.
2.      Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahuinya.
3.      Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi areal (sebenarnya).
4.      Analisis (Analysis) diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan atau materi suatu objek tehadap komponen-komponennya tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih  ada kaitannya satu sama lain.
5.      Sintesin (Synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6.      Evaluasi (evalution) hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasiatau penilaian terhadap suatu materi atau objek
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang di ukur dari objek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin di ketahui atau diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut diatas (Notoatmodjo,1993).
a.      Sikap
Menurut Notoatmodjo (1993) sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang trtutup. Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoatmodjo (1997) bahwa sikap merupakan kesiapan/kesediaan seseorang untuk bertindak sebagai objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Menurut Ahmadi (1990) yang dikutip oleh Notoatmodjo (1997) sikap dibedakan menjadi:
a.       Sikap positif, yaitu: sikap yang menunjukan atau memperlihatkan menerima atau mengakui, menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
b.      Sikap negatif, yaitu: menunjukan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu brtada.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdsiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo,1993):
1.      Menerima (Receiving) diartikan orang  (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2.      Merespon (Responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang di berikan.
3.      Menghargai (Valuing) diartikan sebagai mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah.
4.      Bertanggung-jawab (Responsible) adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko.

Pengukuran sikap dapt dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan respondent terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian di tanyakan pendapat responden.
c.       Umur
Menurut Gilmer yang dikutip oleh Swita (2001) yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara umur terhadap penampilan kerja dan seterusnya akan berkaitan dengan tingkat kinerja. Dalam perkembangannya manusia akan mengalami perubahan fisik dan mental akan digunakan tergantung dari jenis pekerjaan. Pada umumnya tenaga yang telah berusia tua relatif tenaga fisiknya lebih terbatas dari tenaga kerja yang masih muda.
d.      Pendidikan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berfikir dalam menghadapi pekerjaan. De Partie Santis (1996) dikutip oleh Laurenta (2001) dimana dalam penelitiannya membuktikan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan dan cara kerja seseorang.
Faktor pendidikan adalah salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas kerja yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapat bekerja dan melaksanakan pekerjaannya (Ravianto, 1990).
e.       Masa kerja
Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah sesuai dengan usia, masa kerja di perusahan dan lamanya bekerja di tempat kerja yang bersangkutan. lingkungan Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya, selain itu tenaga kerja baru sering mementingkan selesainya sejumlah pekerjaan yang di berikan kepada mereka sehingga keselamatan tidak cukup mendapatkan perhatian mereka. Dalam suatu perusahan pekerja baru yang kurang pengalaman sering mendapat kecelakaan sehingga perhatian khusus perlu diberikan kepada mereka. Lama kerja seseorang dapat dikaitkan dengan pengalaman yang didapatkan di tempat kerja. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman dan semakin tinggi pengetahuannya dan keterampilannya (Silalahi, 1985).
Masa kerja sangat mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap pekerjaan dan lingkungan dimana ia bekerja, semakin lama ia bekerja semakin banyak pengalamannya. Hal ini akan mempengaruhi presepsi, sikap, melakukan pekerjaan yang lebih terkontrol (Ravianto, 1a990). Menurut Pandji (2001) tenaga kerja yang mempunyai masa kerja yang lama akan lebih trampil dan berpengalaman di dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasilnya akan lebih baik dan aman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar