Selasa, 07 Agustus 2012

Pengertian & dampak Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Supartini, 2004). Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000). Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang dirasakannya menyakitkan. Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stres pula, dan stres orang tua akan membuat tingkat stres anak semakin meningkat (Supartini, 2000).

Dampak Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya faktor,  baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara fisiklogis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi selama perawatan (Marks, 1998). Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada proses penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Hal ini telah dibuktikan oleh Robert Ader (1885) bahwa pasien yang mengalami kegoncangan jiwa akan mudah terserang penyakit, karena pada kondisi stress akan terjadi penekanan system imun (Subowo, 1992). Pasien anak akan merasa nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan social keluarga, lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh dengan perhatian akan mempercepat proses penyembuhan.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pasien anak yang dirawat di rumah sakit masih sering mengalami stres hospitalisasi yang berat, khususnya takut terhadap pengobatan, asing dengan lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan. Fakta tersebut merupakan masalah penting yang harus mendapatkan perhatian perawat dalam pengelolah asuhan keperawatan (Nursalam, 2005)

Prinsip dasar keperawatan anak

Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus memahaminya, mengingat ada beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan. Di antara prinsip dalam asuhan keperawatan anak tersebut adalah: Pertama, anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik.

Prinsip dan pandangan keperawatan ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan. Pola-pola inilah yang harus dijadikan ukuran, bukan hanya bentuk fisiknya saja tetapi kemampuan dan kematangannya. Kedua, anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis tersebut, anak juga sebagai individu yang juga membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual. Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat yang bersamaan perlu memandang tingkat kebutuhan khusus yang dialami oleh anak. Ketiga, pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa.

Keempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Kelima, praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).

Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat. Ketujuh, pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang akan mempelajari aspek kehidupan anak (Azis, 2005).

Mencegah Gumoh

Untuk mencegah gumoh dapat dilakukan hal-hal berikut; (1) perbaiki teknik menyusui. Cara menyusu yang benar adalah mulut bayi menempel pada sebagian areola dan dagu di payudara ibu; (2) Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali) jangan langsung banyak; (3) Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu; tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur; (4) apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya ke dalam mulut bayi; (5) sendawakan bayi, yaitu dengan menepuk-nepuk punggung bayi dalam keadaan tegak, agar udara yang tertelan dapat dikeluarkan sehingga tidak mendorong keluar susu yang telah diberikan; (6) Ketika memberi minum, posisi bayi yang baik adalah kepala bayi harus lebih tinggi dari tubuhnya oleh karena itu jangan memberikan minum kepada bayi dalam posisi tidur terlentang. Sebaiknya anak digendong dalam pelukan dan kepala tetap lebih dari badanya; (7) Bila menggunakan Asi, jangan biarkan bayi menghisap putting saja, tetapi areola ­(bagian kecoklatan di sekitar putting) juga harus masuk atau menempel ke mulut bayi; (8). Jangan meletakan bantal dikepala bayi tetapi letakan bantal tersebut atau sesuatu yang bisa mengganjal di bawah tempat tidur bayi pada bagian bawah kepala.Jadi bayi tidak tidur dengan menggunakan bantal, tetapi tempat tidur yang digunakan dalam kondisi miring, setelah selesai menyusu, bayi diletakan/ digendong dengan posisi bagian kepala lebih tinggi dari pada bagian kaki; (9) Tidak mengayun/menggoyang/memijat bayi (terutama daerah perut).

Tindakan Perawatan pada bayi untuk Mencegah Gumoh  :
  1. Posisi minum yang baik adalah kepala bayi harus lebih tinggi dari tubuhnya. Oleh karena itu jangan memberikan minum kepada bayi dalam posisi tidur terlentang. Sebaiknya anak digendong dalam pelukan dan kepala tetap lebih tinggi dari badannya.Jangan langsung mengangkat bayi pada saat bayi gumoh.
  2. Bila menggunakan ASI, jangan biarkan bayi menghisap puting saja, tetapi areola (bagian kecoklatan di sekitar puting ) juga harus masuk atau menempel ke mulut bayi. Hal ini dapat mengurangi udara yang masuk selama bayi menghisap asi. 
  3. Bila anak anda menggunakan dot, pastikan kepala dot penuh dengan susu saat ditunggingkan dan akan diberikan kepada bayi anda. jangan membiarkan anak minum (menghisap) dot yang tidak terdapat udara pada kepala dotnya. 
  4. Tepuk2 punggung bayi sampai sendawa sesaat setelah di beri minum. Jangan langsung membaringkan anak anda di tempat tidur. 
  5. Jangan meletakkan bantal di kepala anak anda tetapi letakkan bantal tersebut atau sesuatu yang bisa mengganjal di bawah tempat tidur anak anda pada bagian bawah kepala. Jadi anak anda tidak tidur dengan menggunakan bantal, tetapi tempat tidur yang digunakan dalam kondisi miring, bagian kepala lebih tinggi dari pada bagian kaki. 
  6. Bila dengan cara di atas anak anda masih sering gumoh, segera periksakan ke dokter anak terdekat. Lebih baik bila dokter anak sub spesialis gastroenterologi (pencernaan). Disitu anda akan diajarkan cara 
  7. mengentalkan susu dan mungkin akan diberi obat untuk mengurangi gumohnya. (Sudarti, 2010)

Perbedaan Gumoh dan Muntah

Gumoh
  • Dari cara keluar Gumoh : (1). Mengalir biasa dari mulut; (2).Tidak disertai kontraksi otot perut; (3).Tidak disertai kontraksi pada pada dinding lambung; (4). Dari volume cairan/makanan yang dimuntahkan Cairan yang dikeluarkan jumlahnya sedikit , kurang dari 10 cc. Berupa ASI yang sudah ditelan si kecil. 
  • Arti  (1). Proses alami dan wajar untuk mengeluarkan udara yang tertelan bayi saat minum ASI; (2). Terjadi pada bayi yang berusia 0 sampai 6 bulan dan akan hilang dengan sendirinya; (3). Dalam kondisi normal, gumoh bisa dialami bayi antara 1 - 4 kali sehari; (4).Gumoh terjadi secara pasif atau terjadi secara spontan; (5). Gumoh tidak bercampur darah dan tidak susah makan atau minum.
Muntah
  • Cara pengeluaran Muntah : (1). Menyembur seperti disemprotkan dari dalam perut; (2). Disertai kontraksi otot perut. Kadang kala juga keluar dari lubang hidung; (3). Dari volume cairan/makanan yang dimuntahkan; (4). Cairan yang dikeluarkan jumlahnya banyak lebih dari 10 cc. Berupa ASI atau susu formula dan makanan jika si kecil berusia di atas 6 bulan. 
  • Arti  (1). Bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan atau gangguan fungsi pada organ pencernaan bayi; (2) Tidak terjadi pada bayi baru lahir. Tapi bisa terjadi pada bayi berumur 2 bulandan dapat berlangsung sepanjang usia; (3). Muntah bisa di sertai dengan bercak darah.

Pengertian Gumoh

Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat setelah makanan masuk kedalam lambung. Muntah susu adalah hal yang biasa terjadi, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan menggangu pertambahan berat badan secara sidnifikan. Gumoh biasa nya terjadi karena bayi menelan udara pada saat menyusu. (Vivian, 2010) Pengertian Gumoh secara bahasa Indonesia yaitu regurgitasi atau serdawa. Pengertian menurut iastilah jawa yaitu untuk bayi yang memuntahkan minuman yang baru saja masuk dalam tubuh. Kita artikan saja dengan bayi setengah muntah. Gumoh yang tidak berlebihan adalah sesuatu yang normal terutama pada bayi usia kurang dari 6 bulan.  (Eny, 2011 dalam http://www.infoanak.com/gumoh-pada-bayi/)

Gumoh adalah keluarnya isi lambung melalui mulut (seperti muntah)terjadi pada bayi karena katup antara lambung dan esophagus (kerongkongan) belum sempurna dan adanya udara di dalam lambung yang terdorong keluar kala makanan masuk kedalam lambung Bayi walaupun mirip dengan muntah namun gumoh ini berbeda, gumoh tidak disertai kontraksi, dan biasanya gumoh meneluarkan cairan yang jumlahnya sedikit, sedangkan muntah ada tekanan negative dari perut mendorong diafragma, gumoh ini biasanya terjadi pada bayi yang berusia 0 – 6 bulan.(Safila, 2010)  Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh berbeda dengan muntah.Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius .

Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu. Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa saat setelah minum susu botol/ menyusui dan dalam jumlah sedikit. (Depkes 2007 dalam www.tabloidnakita.com). Baik gumoh dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung. Bedanya gumoh terjadi seperti illustrasi air yang mengalir ke bawah , bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan.Sedangkan muntah lebih cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa kontraksi lambung.  Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1 kali setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga 8-10 persen pada umur 9-12 bulan dan 5 persen pada umur 18 bulan. Meskipun normal, Gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi. Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksut dengan gumoh adalah suatu keadaan dimana keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa saat setelah minum susu baik ASI/susu botol yang keluarnya seperti air yang mengalir secara perlahan dan tanpa paksaan.

Pengertian Neonatus


Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system. Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar.Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan anestesi terhadap neonatus.

Neonatus adalah individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin.(Vivian, 2011).  Neonatus adalah fase awal ketika seorang manusia lahir ke bumi (Weni, 2010)

Pencegahan dan Pengobatan Penyakit diare


 Pencegahan Diare
1).  Berikan hanya ASI selama 4 – 6 bulan pertama dan teruskan menyusui paling kurang selama tahun pertama; 2). Berikan makanan penyapih bergizi yang bersih pada 4 – 6 bulan; 3). Berikan makanan yang baru dimasak dengan baik dengan menggunakan air bersih; 4). Semua anggota keluarga mencuci tangannya dengan air sabun sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan dan setelah berak; 5). Secepatnya membuang tinja anak kecil ke
Kakus/toilet.
Pengobatan Diare
Prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut :1). Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan); 2). Diatetik (pemberian makanan) ; 3). Obat-obatan ; (a). jumlah cairan yang diberikan adalah 100 ml/kg, BB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam4 jam pertama dan sisanya adlibitum; (b). sesuikandengan umur anak; (1). < 2 tahun diberikan ½ gelas; (2). 2-6 tahun diberikan 1 gelas; (3). > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas). (Admin,2012).

Proses Terjadinya Diare


Proses Terjadinya Diare.
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah:
1). Gangguan Osmotik : Akibatnya adalah makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
2). Gangguan sekresi : Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus dan akhirnya timbullah diare.
 3).    Gangguan motilitas usus; Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare. Akan tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus maka akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga.
Gejala Klinis.
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atu darah. Warna tinja main lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defeksi dan tinja makin lama makin asamsebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. (Dr.Rusepno Hasan,2002.)
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik (Dr. Rusepno Hasan ,2002)

Etiologi diare dan Klasifikasi Diare


1.      Etiologi diare
Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor,seperti infeksi, malabsorbsi,makanan, dan psikologi.
1)      Faktor infeksi; (a) Enternal, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enternal meliputi: (1) Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella campylobacter, yersinia, Aeromonas: (2) Infeksi Virus : enterovirus,seperti virus ECHO, coxsackie,poliomyelitis,adenovirus, rotavirus; (3) Infeksi Parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, dan Strongylodies) protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Tricomonas hominis), serta jamur (Candida albicans); (b) Parinteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan, misalnya otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis.
2)      Malabsorbsi; (a). Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) sertamonosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya
adalah intoleransi laktosa.
3)      Makanan misalnya; (a). makanan basi; (b). beracun; (c) alergi terhadap makanan
4)      Faktor Psikologis; (a). rasa takut dan; (b). cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
3.      Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare menurut pedoman dari laboratorium/UPF ilmu Kesehatan Anak, Universitas Airlangga (1994) sebagai berikut :
a.       Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari.
b.      Gangguan kronik adalah diare akut karena infeksi yang suatu sebabnya melanjut 14 hari atau lebih.

Pengertian Dehidrasi menurut para ahli

Dehidrasi adalah kehilangan cairan dan elektolit karena kehilangan air/output lebih banyak dari pada asupan/input (Anik maryunani, 2010). Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh (Artisayang,2009) 
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Dehidrasi, yang berarti kekurangan cairan tubuh yang berfungsi membantu kerja organ tubuh. (Arief, 2008).

Komplikasi
1). Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi: (a). Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan < 5% BB; (b). Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB; (c). Dehidrasi Berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB.
(Vivian, 2011).
2). Renjatan hipovolemik akibat menurunya volume darah dan apabila penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkanpenurunan tekanan darah.
3). Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotoni otot, kelemahan, bradikardia, dan perubahan pada pemeriksaan EKG ; 4). Hipokglikemia ; 5). Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili mukosa usus halus ; 6). Kejang ; 7). Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan (Vivian, 2011).
Data dan klasifikasi diare yang dapat digunakan untuk menentukan tindakan apa yang harus diambil oleh petugas di lapangan adalah :
a.       Diare dengan dehidrasi ringan
Diare dengan dehidrasi ringan mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:(1). Gelisah, rewel, atau mudah marah; (2). Mata cekung; (3). Haus, minum dengan lahap; (4). Nadi cepat; (5). Ubun-ubun cekung; (6). Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat (Maryunani A, 2010)
b.      Diare dengan dehidrasi sedang.
Diare dengan dehidrasi sedang mempunyai tanda-tanda sebagai berikut: (1). Gelisah, cengeng; (2). Kehausan; (3)Mata cekung; (4). Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke posisi semula; (5). Tekanan darah menurun; (6). Pingsan; (7). Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung; (8). Kejang; (9). Perut kembung; (10). Berat badan turun 25-100gr/kgBB; (11). Ubun-ubun cekung Denyut nadi cepat dan lemah.
c.       Diare dengan dehidrasi berat
Diare dengan dehidrasi berat mempunyai tanda-tanda sebagai berikut: (1). Letargis atau tidak sadar; (2). Mata sangat cekung; (3). Tidak biasa minum atau malas minum; (4). Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat; (5). Nadi sangat cepat; (6). Ubun-ubun sangat cekung; (7). Berat badan turun sampai >100 gr/kgBB.

Pengertian Diare

Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali. (Staf Pengajar, 1985)
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang, termasuk indonesia. Di Indonesia penyakit diare adalah salah satu penyebab kematian utama setelah infeksi saluran pernafasan (Anik Maryunani, 2010). Diare merupakan feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefenisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Vivian, 2010).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektroit secara berlebihan yang terjadikarena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi dan yuliani, 2001). Diare adalah peningkatan dalam frekwensi gerakan-gerakan usus atau pengurangan dalam bentuk tinja (kelonggaran yang lebih besar dari tinja). Meskipun perubahan-perubahan dalam frekwensi gerakan-gerakan usus dan kelonggara-kelonggaran tinja dapat bervariasi dengan bebas dari satu sama lainnya, perubahan-perubahan seringkali terjadi pada kedua-duanya (Admin, 2012).

Pengertian Anak


Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anakmerupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anaktidak mungkin pertumbuhan fisik yang samaakan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama. Adakalanya anak dengan perkembangan kognitif yang cepat dan juga adakalanya perkembangan kognitif yang lambat. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia pada anak (Azis, 2005).
Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi mereka mengenai dunia. (Slepin, 2006).
Anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip dan pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan. Pola-pola inilah yang harus dijadikan ukuran, bukan hanya bentuk fisiknya saja tetapi kemampuan dan kematangannya.
Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis tersebut, anak juga sebagai individu yang juga membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual. Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak (Azis, 2005).

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada bayi baru lahir


MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
                                                                                    No Reg :
                                                                                    Tgl. Anamnesa :
                                                                                    Jam      :
                                                                                    Oleh    :
                               I.            PENGUMPULAN DATA
A.    Data Subjektif
1.      Identitas bayi
Nama bayi                   :
Tanggal/jam lahir         :
Umur                           :
Jenis kelamin               :
2.      Identitas orang tua
Nama Ibu                    :                       Nama Ayah                 :
Umur                           :                       Umur                          
Pendidikan                  :                       Pendidikan                  :
Pekerjaaan                   :                       Pekerjaan                     :
Suku/kebangsaan        :                       Suku/kebangsaan        :
Agama                         :                       Agama                         :
Alamat                                    :                       Alamat                                    :
No.Tlp/Hp                   :                       No.tlp/Hp                    :
Status pernikahan        :
Pernikahan yang ke     :
Lamanya pernikahan   :
3.      Riwayat kehamilan     :
4.      Riwayat penyakit dalam kehamilan:
a.       Perdarahan                  :
b.      Pre eklamsia                :
c.       Penyakit kelamin         :
d.      Lain-lain(sebutkan)     :
5.      Riwayat persalinan sekarang   :
a.       Jenis persalinana          :
b.      Ditolong oleh              :
c.       Ketuban pecah                        : Tgl :……., Jam :……..,
secara spontan/Amniotomi, warna :……., Bau/tidak :…….
d.      Lama persalinan          :
Kala I   :
Kala II  :
e.       Plasenta                       :
f.       Komplikasi Persalinan:
B.     DATA SUBYEKTIF
1.      Pemeriksaan Umum.
a.       Keadaan Umum bayi :
b.      Berat badan                 :           gram
c.       Panjang badan             :           cm
d.      Lingkar kepala            :           cm
e.       Lingkar dada               :           cm
f.       Suhu                            :           oc        
g.      Nilai apgar                   :

Tanda
     0
         1
              2
Jumlah
Nilai
Menit ke
      1
Warna kulit

Frekuensi jantung
Reaksi rangsangan
Tonus otot

Pernafasan
[] biru pucat

[] tidak ada
[] tidak bereaksi
[] tidak ada

[] tidak ada
[] tubuh kemerahan,
     ekstermitas,biru
[] >100
[] gerakan sedikit
[] ekstermitas flexi
    Sedikit
[] lambat tidak teratur
[] kemerahan

[] <100
[] menangis
[] gerakan aktif

[] menangis kuat



Menit ke
     5
Warna kulit

Frekuensi jantung
Reaksi rangsangan
Tonus otot

Pernafasan
[] biru pucat

[] tidak ada
[] tidak bereaksi
[] tidak ada

[] tidak ada
[] tubuh kemerahan,
     ekstermitas,biru
[] >100
[] gerakan sedikit
[] ekstermitas flexi
    Sedikit
[] lambat tidak teratur
[] kemerahan

[] <100
[] menangis
[] gerakan aktif

[] menangis kuat



2.      Pemeriksaan fisik
a.       Kepala       :
b.      Ubun-ubun :
c.       Muka         :
d.      Mata          :
e.       Telinga      :
f.       Mulut        :
g.      Hidung      :
h.      Leher         :
i.        Dada         :
j.        Perut          :
k.      Punggung  :
l.        Ekstermitas atas dan bawah:
m.    Genitalia    :
n.      Anus          :
o.      Kulit          :
p.      Tanda lahir:
q.      Eliminasi   :
r.        Refleks      :