Sabtu, 28 Juli 2012

Persyaratan Chemical Oxygen Demand (COD) pada limbah cair


Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat di lakukan suatu uji yang lebih cepat dibandingkan dengan uji BOD, yaiut berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan yang di sebut uji COD
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan bungan yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam hal ini bahan bungan organic yang teroksidasi oleh kalium bichromat atau K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Oksidasi terhadap bahan bungan organic akan mengikuti reaksi berikut ini :
CaHbOc+ Cr2O72- + H+ → CO2 + H2O + Cr3+
Zat organic ( warna kuning )               ( warna hijau )
Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan katalisator perak sulfat (Ag2SO4) unutk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organic diperkirakan ada unsure klorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilamhkan gangguan tersebut (Wardhana,1995).
chlorida dapat mengganggu karena akan ikut teroksidasi oleh kalium binhromat sesuai dengan reaksi berikut ini :
6C 1- + Cr2O72-++ 14-15 H+ → 3 Cl2 + 2 Cr3+ + 7H2O
Dengan penambahan merkuri sulfat (HgSO4) pada sampel, senelum penambahan reagen lainnya. Ion bergabung dengan ion klorida membentuk merkuri klorida, sesuai reaksi dibaawah ini :
Hg2+ + 2 C1-→ HgC12
Dengan adanya ion Hg2+ ini, konsentrasi ion C1- menjadi sangat kecil dan tidak mengganggu oksidasi zat organic dalam tes COD.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organik habis teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7  yang tersisa sesudah direfluks. K2Cr2O7 yang terisa di dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro ammonium sulfat (FAS), di mana reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :
6 Fe2+ + Cr2O72-+ 14-15 H+ → 6 Fe3+ + 2Cr3+ + 7 H2O
Indicator feroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu di saat warna hijau-biru larutan berubah menjadi coklat-merah . sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organik yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7 (Alaerts, 1987).
Pengukuran COD didasarkan bahwa hampir semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan bantuan oksidator kuat (kalium bichromat /K2Cr2O7) dalan suasana asam. Dengan menggunakan kalium bichromat sebagai indicator, diperkirakan sekitar 95%-100% bahan organic dapat dioksidasi (Effendi, 2003).
Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari pada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sebagai contoh, selulosa sering tidak terukur melalui uji BOD karena sukar dioksidasi melalui reaksi biokimia, tetapi dapat terukur melalui uji COD (Fardiaz, 1992).
Warna larutan air lingkungan yang megandung bahan organic sebelum reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan unutk reaksi oksidasi terhadap bahan organik sama dengan jumlah kalium bichromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti bahwa air lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan bungan. organik (Wardana, 1995)
Menurut keputusan Mentri Lingkungan Hidup Nomor : Kep- 03/MENLH/18/2010 menyatakan bahwa kadar maksimum COD yang di perbolehkan untuk air limbah domestik untuk industri adalah 100 mg/l.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar