Senin, 16 Juli 2012

Laporan Praktikum Pengukuran Pencahayaan/Luxmeter

Latar Belakang
Sejak dimulainya peradaban hingga sekarang, manusia meciptakan cahaya hanya dari api,walaupun lebih banyak sumber panas daripada cahaya. Di abad ke 21 ini kita masih menggunakan prinsip yang sama dalam menghasilkan panas dan cahaya melalui lampu pijar. Hanya dalam beberapa dekade terakhir produk-produk penerangan menjadi lebih canggih dan beraneka ragam. Perkiraan menunjukan bahwa pemakaian energi oleh penerangan adalah 20 - 45% untuk pemakaian energi total oleh bangunan komersial dan sekitar 3 - 10% untuk pemakaian energi total oleh plant industri. Hampir kebanyakan pengguna energi komersial dan industri peduli penghematan energi dalam sistim penerangan. Seringkali, penghematan energi yang cukup berarti dapat didapatkan dengan investasi yang minim dan masuk akal. Mengganti lampu uap merkuri atau sumber lampu pijar dengan logam halida atau sodium bertekanan tinggi akan menghasilkan pengurangan biaya energi dan meningkatkan jarak penglihatan. Memasang dan menggunakan kontrol foto, pengaturan waktu penerangan, dan sistim manajemen energi juga dapat memperoleh penghematan yang luar biasa. Walau begitu, dalam beberapa kasus mungkin perlu mempertimbangkan modifikasi rancangan penerangan untuk mendapatkan penghematan energi yang dikehendaki. Penting untuk dimengerti bahwa lampu-lampu yang efisien, belum tentu merupakan sistim penerangan yang efisien.
Elemen yang paling penting dalam perlengkapan cahaya, selain dari lampu, adalah reflector. Reflektor berdampak pada banyaknya cahaya lampu mencapai area yang diterangi dan juga pola distribusi cahayanya. Reflektor biasanya menyebar (dilapisi cat atau bubuk putih sebagai penutup) atau specular (dilapis atau seperti kaca). Tingkat pemantulan bahan reflektor dan bentuk reflektor berpengaruh langsung terhadap efektifitas dan efisiensi fitting. Reflektor konvensional yang menyebar memiliki tingkat pemantulan 70-80% apabila baru. Bahan yang lebih baru dengan daya pemantulan yang lebih tinggi atau semi-difusi memiliki daya pemantulan sebesar 85%. Pendifusi/Diffuser konvensional menyerap cahaya lebih banyak dan menyebarkannya daripada memantulkannya ke area yang dikehendaki. Lama kelamaan nilai daya pantul dapat berkurang disebabkan penumpukan debu dan kotoran dan perubahan warna menjadi kuning disebabkan oleh sinar UV. Reflektor specular lebih efektif dimana pemantul ini memaksimalkan optik dan daya pantul specular sehingga membiarkan pengontrolan cahaya yang lebih seksama dan jalan pintas yang lebih tajam. Dalam kondisi baru, lampu ini memiliki nilai pantul sekitar 85-96%. Nilai tersebut tidak berkurang seperti pada reflektor konvensional yang berkurang karena usia. Bahan yang umum digunakan adalah alumunium yang diberi perlakuan anoda (nilai pantul 85-90%) dan lapisan perak yang dilaminasikan ke bahan logam (nilai pantul 91-95%). Menambah (atau melapisi) alumunium dilakukan untuk mencapai nilai pantul lebih kurang 88-96%. Lampu harus tetap bersih agar efektif, reflektor optik kaca tidak boleh digunakan dalam peralatan yang terbuka di industri dimana peralatan tersebut mungkin akan terkena debu.
Tujuan Praktikum
ü Mengetahui cara pengoprasian alat lux meter
ü Mengetahui bagian-bagian daripada lux meter
ü Mengetahui cara perhitungan dari pada pengukuran pencahayaan
Manfaad Praktikum
ü Dapat mengetahui pencahayaan dalam ruang
ü Dapat menjadikan mahasiswa yang mandiri, dan mempunyai keterampilan
ü Menjadikan mahasiswa terampil didalam mengoprasikan sebuah alat raboratorium
Konsep Teori
Alat ukur cahaya (lux meter) adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup. Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya. Sehingga cahaya yang diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah tampilan digital.
Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat iluminasi. Hampir semua lux meter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto, dan layer panel. Sensor diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan lebih besar. Kunci untuk mengingat tentang cahaya adalah cahaya selalu membuat beberapa jenis perbedaan warna pada panjang gelombang yang berbeda. Oleh karena itu, pembacaan merupakan kombinasi efek dari semua panjang gelombang.
Standar warna dapat dijadikan referensi sebagai suhu warna dan dinyatakan dalam derajat Kelvin. Standar suhu warna untuk kalibrasi dari hampir semua jenis cahaya adalah 2856 derajat Kelvin, yang lebih kuning dari pada warna putih. Berbagai jenis dari cahaya lampu menyala pada suhu warna yang berbeda. Pembacaan lux meter akan berbeda, tergantung variasi sumber cahaya yang berbeda dari intensitas yang sama. Hal ini menjadikan, beberapa cahaya terlihat lebih tajam atau lebih lembut dari pada yang lain.
Waktu Dan Lokasi Praktikum
Hari/Tanggal : Selasa,18 Oktober 2011
Waktu : 14.00-17.00 wit
Lokasi : ========================
Alat Dan Bahan
1. Alat
ü Lux Meter
ü meter
ü Buku
ü Pena
ü Kepala penangkap cahaya
2. Bahan
ü Sepasang batre
ü Ruang tingkat 3 A, kesling sebagai sampel tempat pengukuran
Prosedur Kerja
Langkah-langkah didalam pengukuran pencahayaan dengan menggunakan alat lux meter adalah sbb :
1. Siap kan alat dan bahan
2. Pasang Kepala Penangkap Cahaya
3. Pasang Batre pada Alat lux meter
4. Ukur luas bangunan ruang yang akan diukur pencahayaanya
5. Ukur luas tempat sumber pencahayaan didalam ruang tersebut
6. Bagi ruangan tersebut menjadi minimum 13 titik dan maksimum  titik didalam pengukuran pencahayaan
7. Ukur pencahayaan tersebut pertitik dan hasilnya pertitik dicatat
8. Cara mengoprasikan alat lux meter tekan tombol on dan setelah selesai tekan tombol hold untuk setiap titik selama
9. Setelah mendapat hasil pertitik maka untuk mengetahui hasil akhir / positifnya dari pada kualitas pencahayaan ruang yang kita ukur adalah menggunakan
rumus : jumlah hasil semua titik dibagi jumlah titik pengukuran
Hasil Praktikum
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakuakan maka pada ruangan kesling tingkat 3 A, maka didapat hasil pencahayaan dalam ruanganan sbb :
ü Luas bangunan : P = 9 X L = 9
ü Ventilasi : T = 70,8, X L = 60,7
ü Jendela tinggi : T = 90,2 X L = 60,6
ü Jumlah ventilasi : 18 buah
ü Jumlah jendela : 16 buah
Hasil pengukuran pencahayaan :
1. Titik 1 : 44,4
2. Titik 2 : 170,3
3. Titik 3 : 157,3
4. Titik 4 : 759
5. Titik 5 : 176, 4
6. Titik 6 : 457
7. Titik 7 : 127
8. Titik 8 : 161
9. Titik 9 : 123,6
10. Titik 10 : 110,4
11. Titik 11 : 129,96
12. Titik 12 : 198
13. Titik 13 : 200
Maka : jumlah hasil semua titik dibagi jumlah titik pengukuran : 2814,36 : 13 = 216,5 #
Kesimpulan
perlu untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup. Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya. Sehingga cahaya yang diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah tampilan digital. Dalam pengukuran cahaya menggunakan lux meter pada sebuah ruang kita harus membagi titik menjai 13 titik minimum dan 15 titik maksimum, untuk mendapatkan nilai akhir maka jumlah hasil semua titik dibagi dengan hasil pengukuran
DAFTAR PUSTAKA
oleh H Suwantoro – 2006 Pencahayaan Alami Pada Ruang Kuliah ( sumber situs : repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1439/1/06012422.pdf)
oleh A Santosa – 2008 Pencahayaan pada interior rumah sakit: ( sumber situs : puslit.petra.ac.id/journals/pdf.php?PublishedID=INT06040201 )
oleh idgad putra perencanaan pencahayaan buatan pada interior ruang ( sumber situs : www.isi-dps.ac.id/.../Perencanaan-Pencahayaan-Buatan-Pada-Interior.html )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar