Selasa, 26 Juni 2012

Platyhelmithes ( Cacing Pipih )

Platyhelmithes adalah filum dalam kerajaan Animalia (hewan). Filum ini cukup semua cacing pipih kecuali Nemertinae, yang dulu merupakan salah satu kelas pada Platyhelminthes.
1.      Ciri-ciri
Tubuh pipih doseventral dan tidak berbuku-buku. Ummnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya. Contoh; Platyhelminthes adalah Planaria yang sering di temukan di balik batuan (panjang 2-3 cm), Bapilium yang hidup di balik lumut lembab (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis sinesis, cacing hati, dan cacing pita.
2.      Struktur tubuh
Palatyhelminthes merupakan cacing yang tergolong tripoblastik aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma, endoderma,
dan mesoderma. Namun mesoderma cacing ini tidak mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan tidak membentuk sel khusus.
3.      Sisitem pencernaan
Sistem penceranaan cacing pipih disebut dengan sistem gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus. Sistem penceranaan cacin pipih dimulai dari mulut, taring, dan dilanjutkan ke keronggkongan. Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.
Selain itu, melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus. Cacing pipih memiliki tidak memiliki sistem transportasi karena makanannya di edearkan melalui sistem gastrovakular sementara itu gas Odan CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi.
4.      Sistem saraf
Ada beberapa macam sistem saraf pada cacing pipih
·         Sistem saraf  tangga tali, merupakan sistem saraf yang paling sederhana. Pada sistem tersebut pusat susunan saraf yan di sebut sebagai ganglion otak. Dan kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi  yang memanjang di bagian kiri dan kanan tubuh yang di hubungkan dengan serabut saraf melintang.
·         Pada cacing pipih yang lebih tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang di bedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal dari indera ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor), dan sel asosiasi (peranata).
5.       Indera
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat dibagian antorier (kepala). Seluruh cacing pipih memiliki indera merambah dan sel komoresptor diseluruh tubuhnya. Beberapa spesies juga memiliki indera tambahan berupa aurikula (telinga), statosista (pengatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah aliran sungai). Umumnya cacing pipih memiliki sistem osomoregulasi yang disebut protonerfida. Sistem ini terdiri dari saluran berpembuluh yang berakhir di sel api. Lubang pengeluaran cairan yang dimilikinya di sebut protonefridiotor yang berjumlah sepasang atau lebih. Sedangkan sisa metabolisme tubuhnya di keluarkan secara difusi melalui dinding sel.
6.      Reproduksi
Cacing pipih dapat berproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan perkawinan silang, walupun hewan ini tergolong hermafrodit.
7.      Klasifikasi
Di bedakan menjadi tiga kelas, yaitu:
·         Kelas Turbellaria merupakan cacing pipih yang menggunakan bulu getar sebagai alat geraknya. Contohnya: Planaria
·         Kelas Trematoda (cacing hisap), memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan kiat untuk meletakkan diri pada inangnya karena golongan ini hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan, contoh: Trematoda adalah Fasciota (cacing hati), Clonorchis, dan Shistosoma.
·         Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang. Cacing ini merupakan parasit pada hewan, contonya adalah Taenia solium dan T saginata spesies ini menggunakan skolasi untuk menempel pada usus inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur yang telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang disebut onkosfer.

8.      Penyakit yang di sebabkan oleh Paltyhelmithes
Platyhelminthes dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan. Diantaranya genus Schistosoma yang dapat menyebabkan aksistosomiasis, penyakit parasit yang di tularkan melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat menjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati, limpah, dan ginjal manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar