Selasa, 26 Juni 2012

pengertian dan pengobatan Penyakit diabetes militus (DM) menurut para ahli

pengertian dan pengobatan Penyakit diabetes militus (DM) menurut para ahli
  • A.    Pengertian diabetes militus (DM)
            Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolisyang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:
1.       defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya.
2.       defisiensi transporter glukosa.
3.       atau keduanya.
Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetesmellitus, antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindromDown,penyakitHuntington, kelainan mitokondria, distrofimiotonis,penyakitParkinson,sindromPrader-Willi, sindromWerner,sindromWolfram,leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme, dan lain-lain.
  • B.     Gejala umum
v  Simtoma hiperglisemia lebih lanjut menginduksi tiga gejala klasik lainnya:
-          poliuria - sering buang air kecil.
-          polidipsia - selalu merasa haus
-          polifagia - selalu merasa lapar
-          penurunan berat badan, seringkali hanya pada diabetes mellitus tipe 1

v  dan setelah jangka panjang tanpa perawatan memadai, dapat memicu berbagai komplikasi kronis, seperti:
-          gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada kebutaan,
-          gangguan pada ginjal hingga berakibat pada gagal ginjal
-          gangguan kardiovaskular, disertai lesi membran basalis yang dapat diketahui dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron.
-           gangguan pada sistem saraf hingga disfungsi saraf autonom, foot ulcer, amputasi, charcot joint dan disfungsi seksual.

v  dan gejala lain seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria dan hiperosmolar non-ketotik yang dapat berakibat pada stupor dan koma.
-         rentanterhadap infeksi.

v  Kata diabetes mellitus itu sendiri mengacu pada simtoma yang disebut glikosuria, atau kencing manis, yang terjadi jika penderita tidak segera mendapatkan perawatan.

  • C.        Klasifikasi
  • Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus berdasarkan perawatan dan simtoma:
1.   Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta di dalam pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan bersifat idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
2.   Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali disertai dengan sindrom resistansi insulin
3.   Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance, GIGT dan gestational diabetes mellitus, GDM.
*      dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
1.      Insulin requiring for survivaldiabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
2.      Insulin requiring for controldiabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan tambahan hormon dari luar tubuh.
3.      Not insulin requiring diabetes.
Kelas empat pada tahap klinis serupa dengan klasifikasi IDDM (bahasa Inggris: insulin-dependent diabetes mellitus), sedang tahap kelima dan keenam merupakan anggota klasifikasi NIDDM (bahasa Inggris: non insulin-dependent diabetes mellitus). IDDM dan NIDDM merupakan klasifikasi yang tercantum pada International Nomenclature of Diseases pada tahun 1991 dan revisi ke-10 International Classification of Diseases pada tahun 1992.
Klasifikasi Malnutrion-related diabetes mellitus, MRDM, tidak lagi digunakan oleh karena, walaupun malnutrisi dapat memengaruhi ekspresi beberapa tipe diabetes, hingga saat ini belum ditemukan bukti bahwa malnutrisi atau defisiensi protein dapat menyebabkan diabetes. Subtipe MRDM; Protein-deficient pancreatic diabetes mellitus, PDPDM, PDPD, PDDM, masih dianggap sebagai bentuk malnutrisi yang diinduksi oleh diabetes mellitus dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Sedangkan subtipe lain, Fibrocalculous pancreatic diabetes, FCPD, diklasifikasikan sebagai penyakit pankreas eksokrin pada lintasan fibrocalculous pancreatopathy yang menginduksi diabetes mellitus.
Klasifikasi Impaired Glucose Tolerance, IGT, kini didefinisikan sebagai tahap dari cacat regulasi glukosa, sebagaimana dapat diamati pada seluruh tipe kelainan hiperglisemis. Namun tidak lagi dianggap sebagai diabetes.
Klasifikasi Impaired Fasting Glycaemia, IFG, diperkenalkan sebagai simtoma rasio gula darah puasa yang lebih tinggi dari batas atas rentang normalnya, tetapi masih di bawah rasio yang ditetapkan sebagai dasar diagnosa diabetes.
  • D.       Penyebab
Secara umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.
Disamping itu diabetes melittus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui
1.    Diabetes tipe I:
-          Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
-          Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
-          Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.

2.         Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
-          Faktor-faktor resiko :
a.       Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b.      Obesitas 
c.       Riwayat keluarga

E.        Komplikasi

Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.

-       Ketoasidosis diabetikum

Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius. Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering kencing dan haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.

F.   Diagnosa
Tabel: Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl).
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu:



Plasma vena
<110
110 - 199
>200
Darah kapiler
<90
90 - 199
>200
Kadar glukosa darah puasa:



Plasma vena
<110
110 - 125
>126
Darah kapiler
<90
90 - 109
>110





G.    KEGIATAN PEMBELAJARAN PENYULUHAN
Dalam pembelajaran penyuluhan yaitu kita mengambil tempat atau sasaran yang akan di kasih penyuluhan seperti di RS, posiandu, dan di tempat-tempat yang nyaman yang bisa untuk memberikan penyuluhan, supaya masyarakat dapat menerima dengan baik. Dan mempersiapkan tahap-tahap penyuluhan seperti; Tahap kegiatan itu terdiri dari tahap pendahuluan (introduction), tahap penyajian, dan tahap penutup.
1.      Tahap pendahuluan
Adalah tahap persiapan atau tahap awal sebelum memasuki penyajian materi yg akan diajarkan. Pd tahap ini penyuluh menjelaskan secara singkat tentang materi yg akan di sampaikan. Tahap ini dimaksudkan untuk mempersiapkan mental peserta agar memperhatikan dan belajar sungguh-sungguh selama tahap penyajian. Bagian pendahuluan ini biasanya 5-10 menit atau 5% dari waktu penyuluhan.

2.      tahap penyajian (presentation).
Merupakan proses yg utama dlm penyuluhan, didalamnya tercakup bagian-bagian sbb :
a.          Uraian (explanation), baik dlm btk verbal maupun non verbal spt : penggunaan grafik, gambar, benda sebenarnya, model, dan atau demonstrasi gerak.
b.         Contoh (example) dan non contoh (non example) yg praktis dan konkrit dari uraian konsep yg masih bersifat abstrak.
c.          Latihan (exercise) yg merupakan praktek bagi peserta.
d.         Sebagian besar (80-90%) dari waktu kegiatan penyuluhan digunakan dlm tahap ini.
3.      tahap penutup (test and follow up).
Merupakan tahap akhir suatu penyuluhan, tahap ini meliputi 3 kegiatan, yaitu :
a.             Pelaksanaan tes hasil penyuluhan, untuk dijawab atau dikerjakan.
b.            Umpan balik yg merupakan informasi atas hasil tes.
c.             Tindak lanjut yg berupa pentunjuk tentang apa yg harus dilakukan selanjutnya.
d.            Tahap penutup membutuhkan waktu sekitar 10-20 menit atau 10-15% dari waktu penyuluhan.

H.    METODE
Metode yang digunakan adalah penyuluhan.

I.       ALAT BANTU
Alat bantu yang di gunakan seperti leaflet dan food sample.

J.       EVALUASI
Evaluasi atau tes tsb diajukan secara lisan untuk dijawab atau dikerjakan oleh peserta yg ditunjuk. Contoh:
Bagi teman-teman, adek-adek, dan yang semua yang disini ayo kita sama belajar,
1.      Ayo ibu yang di situ, apa pengertian dari penyakit diabetes militus tadi?.......
2.      Bapak yang di situ apa penyebab dari penyakit diabetes militus tadi?........
3.      Kakak yang disitu apa saja gejala-gejala dari penderita diabetes militus tadi?...
4.      Ayo adek di situ, bahan-bahan apa yang tidak bisa di konsumsi oleh penderita diabetes militus?.....
5.      Ayo semua, yang bisa angkat tangan ya,,,, ada berapa klasifikasi dari penyakit diabetes militus tadi?.

DAFTAR PUSTAKA
1.       http://www.ningharmanto.com/2009/09/diabetes-mellitus/
2.  IDF Chooses Blue Circle to Represent UN Resolution Campaign Unite for Diabetes, 17 March, 2006
3.       http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus
4.  Patofisiologi,Konsep Klinis Proses-proses penyakit, Sylvia A. price lorraine M, Wilson.penerbit buku kedokteran (halaman; 1110)
5. Aplikasi klinis patofisiologi pemeriksaan & manajemen, valentine l. brashers, penerbit buku kedokteran (halaman;157)
 Berbagai macam penyakit perawatan dan pengobatan, wahyudi, penerbit usaha nasional Surabaya.(halaman; 53)
7.    Guyton fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, edisi revisi, penerbit buku kedokteran (hlaman; 699) 
  Ilmu keperawatan (verpleegkunde zv), bagian 2, m. bouwhuaizen, alihbahsa: drs med moelia radja siregar egc penerbit buku kedokteran (hlaman;49)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar