Senin, 25 Juni 2012

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia dini 0-6 bulan

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia dini 0-6 bulan  Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya.
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain, baik susu formula, madu, air teh. Bayi juga tidak diberi makanan padat lain seperti pisang dan nasi lumat, bubur, susu, biskuit, nasi tim dan lain-lain.
MP-ASI harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat cukup energi dan nutrien dari ASI saja. Untuk kebanyakan bayi, makanan tambahan mulai diberikan pasa usia 6 bulan keatas. Pada usia ini MP-ASI sangat penting untuk menambah energi dan zat gizi yang diperlukan.

Kenyataannya di lapangan masih banyak ibu yang memberikan MP-ASI pada bayinya meskipun umurnya masih belum mencapai 6 bulan. Padahal apabila memberikan MP-ASI terlalu dini, bayi akan minum ASI lebih sedikit dan ibupun memproduksi lebih sedikit, hingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Di samping itu resiko infeksi dan diare kemungkinan bisa terjadi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mujirah (tidak dipublikasikan) pada tahun 2009 di poli tumbuh kembang anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama bulan Agustus 2008 dari 46 bayi usia 0 sampai 6 bulan didapatkan 23 bayi atau 51% sudah mulai diperkenalkan MP-ASI berupa buah-buahan, tepung-tepungan, sayur-sayuran, daging ikan dan telur secara dini. Survey awal yang dilakukan peneliti di --------------pada 17 Februari 2010 jumlah bayi yang berumur 0-6 bulan yaitu 36 bayi. Bayi yang diberi ASI saja hanya 9 bayi atau 25%, dan terbanyak bayi diberi ASI dan MP-ASI yaitu sejumlah 22 bayi atau 61%, sedangkan 5 bayi atau 13,8% diberikan PASI dan MP-ASI. Dengan uraian tersebut maka masalah dalam penelitian ini adalah banyaknya bayi usia 0-6 bulan yang diberi MP-ASI yang memungkinkan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan, peran tenaga kesehatan, pendidikan, kultur budaya dan peran keluarga. Pengetahuan merupakan penampilan dari hasil tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Soekidjo Notoatmodjo,2007).
Apabila pasangan orang tua memiliki pengetahuan yang baik tentang pentingnya pemberian ASI, maka akan mantap untuk memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, sebaliknya jika pasangan orang tua tidak memiliki pengetahuan yang adekuat maka orang tua tidak mengerti tentang pentingnya pemberian ASI, dapat dikatakan asal bayi mereka kenyang, sehingga MP-ASI diberikan terlalu dini. Perawat atau petugas kesehatan sebagai “educator” peran ini dilaksanakan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan (Wahid Iqbal, 2005 : 76). Mengingat pentingnya pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI sesuai usia maka petugas kesehatan terutama perawat harus memberikan penyuluhan kepada ibu dan keluarga. Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat komplek dengan tujuan akhir terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang (Aziz Alimul, 2002). Dengan pendidikan yang tinggi kemungkinan seseorang akan lebih tahu dan mudah menerima informasi yang telah didapat dari pendidikannya, sehingga tidak tertinggal oleh adanya informasi yang baru yang dapat mengubah perilaku seseorang. Dan juga tidak tertinggal oleh adanya informasi yang baru dalam pemberian makanan tambahan yang baru boleh diberikan pada bayi usia 6 bulan ke atas, atau sebaliknya bila pendidikan seseorang rendah kemungkinan akan menghambat seseorang untuk menerima informasi yang baru mengenai pemberian makanan tambahan yang baru boleh diberikan pada bayinya antara usia 6 bulan keatas.


Budaya merupakan kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.(Wahid Iqbal, 2007) yang telah melekat pada masyarakat kemungkinan sulit untuk diubah karena kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat sehingga akan merekat pada diri seseorang, termasuk budaya dalam pemberian makanan pendamping bagi bayi yang berumur kurang dari 6 bulan. Dengan memberikan nasi pisang lumat yang sebenarnya tidak dibenarkan karena bayi yang berusia kurang dari 6 bulan kemampuan ususnya atau pencernaannya masih terbatas, sehingga makanan masih belum dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabakan diare maupun alergi. Budaya masyarakat yang memberikan dampak yang negatif dengan adanya MP-ASI yang seharusnya di berikan pada bayi usia 6 bulan keatas. Tetapi sudah di berikan pada usia kurang dari 6 bulan. Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu (Nasrul Effendi, 1998 :34). Keberhasilan dalam memberikan makanan pada bayi tidak hanya tergantung pada ibu saja, tetapi dukungan dan peran serta keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam pemberian nutrisi pada bayi. Keluarga sebaiknya memahami mengenai MP-ASI, terutama mengenai kapan MP-ASI harus diberikan, jenis, bentuk dan jumlahnya. Peran keluarga berperan penting bagi pemeliharaan kesehatan keluarga. Keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, dan anak harus mempunyai sifat yang positif terhadap situasi dalam keluarga kemungkinan ibu dapat memberikan makanan pendamping secara benar. Dampak apabila pemberian MP-ASI terlalu dini maka bayi akan mendapat zat immun ASI lebih sedikit, sehingga resiko infeksi meningkat. Resiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI. Ibu mempunyai resiko lebih tinggi untuk hamil kembali jika jarang menyusui. Sedangkan bila pemberian MP-ASI terlalu lambat maka anak tidak akan mendapatkan makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi dan nutrien. Anak berhenti pertumbuhannya, atau tumbuh lambat. Pada anak resiko malnutrisi dan defisiensi mikronutrienmeningkat.Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang waktu pemberian MP-ASI dalam hal ini petugas kesehatan khususnya tenaga perawat diharapkan dapat memberikan penjelasan pada orang tua mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan stimulus pada anaknya, sehingga anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara baik (Nursalam, 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar