Selasa, 26 Juni 2012

pemikiran pendidikan islam menurut K.H. Ahmat Dahlan


Menurut dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola pemikiran yang statis menuju pola pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya di tempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan umat. Mereka hendaknya di didik agar cerdas, kritis, dan memiliki daya analisis yang tajam menata dinamika kehidupannya pada masa depan. Adapun kunci bagi meningkatkan kemajuan umat islam adalah dengan kembali pada al-qur’an dan hadits, Mengarahkan umat pada pemahaman ajaran islam secara komprehensif, dan mengurai berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Upaya ini secara strategis dapat di lakukan melalui pendidikan.
            Pelaksanaan pendidikan menurut dahlan hendaknya di dasarkan pada landasan yang kokoh. Dasar ini merupakan kerangka filosofis bagi merumuskan konsep dan tujuan ideal pendidikan islam baik secara vertical (khaliq) maupun horizontal (makhluk).
Dalam pandangan islam, paling tidak ada dua sisi tugas penciptaan manusia yaitu hamba allah dan khalifah fi- al-ardh dalam proses kejadiannya, manusia di berikan oleh allah dengan al-ruh dan al-aqal, untuk itu pendidikan hendaknya menjadi media yang dapat mengembangkan potensi al-ruh untuk menalar petunjuk pelaksanaan ketundukan dan kepatuhan manusia kepada khaliknya.
            Meskipun dalam banyak tempat al-qur’an menekankan pentingnya menggunakan pentingnya akal, akan tetapi al-qur’an juga mengakui akan keterbatasan akal, ada realita venomena yang tidak dapat di jangkau oleh indra dan akal manusia yang terdapat dalam (q.s Ar-rad ayat 2 dan lukman ayat 10)

Artinya: allah lah yang meninggikan langit tanpa tiang sebagaiman yang kamu lihat, kemudian dia bersemayam di atas arsi, dan menundukan matahari, langit dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang di tentukan. Allah mengatur urusan (makhluknya) menjelaskan tanda-tanda (kebesarannya), supaya kau meyakini pertemuan dengan tuhanmu.
               Q.S lukman : 10
Artinya: dia menciptakan langit tanpa tiang yang kau melihatnya dan dia meletuskan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkemgang biakan padanya segala macam jenis binatang dan kami turunkan air hujan dari langit, dan kami tunbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhanyang baik.
Dari penjelasan di atas memberikan arti bahwa dalam epistemologi pendidikan islam, ilmu pengetahuan dapat di peroleh apabila peserta didik (manusia) mendaya gunakan berbagai media, baik yang di peroleh melalui presepsi indorawi, akal, kalbu, wahyu, maupun ilham. Menurut dahlan, pengembangan merupakan proses integrasi ruh dan jasad. Konsep ini di ketengahkannya dan menggariskan perlunya pengkajian ilmu pengetahuan secara langsung sesuai prinsip-prinsip al-qur’an dan sunnah, bukan semata-mata dari kitab tertentu.
            Ideology ilmiah di gunakan sebagai pelindung oleh kelompok tradisional guna mempertahankan senlantik statis terhadap epistemology yang di kembangkannya. Sikap ilmiah dapat menyebabkan lahirnya pemikir-pemikir, penemu-penemu yang tak mampu mengolah dan menganalisis secara kritis ilmu pengetahuan di peroleh sehingga mereka kurang mampu berkompetisi secara produktif dan kreatif terhadap perkembangan peradaban.
            Islam merupakan agama   yang menghendaki moderenisasi (takdid). Prinsip ini di tegaskan allah dalam al-qur’an bahwa tidak akan terjadi moderenisasi pada suatu kaum, kecuali mereka sendiri berupaya ke arah tersebut. (Q.S yusuf ayat 11).
Artinya: mereka berkata: wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami   terhadap yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menginginkan kebaikan buatnya.

 Islam mencela sifat jumud dan taklil yang membabi buta. Islam juga mendorong manusia meningkatkan kreatifitas berfikirnya dan melakukan prakarsa. Untuk kerangka metodologi yang bebas, sistematis, dan mengacu pada nilai universal ajaran islam. Menurut dahlan di sebut juga dengan proses ijtihad yaitu mengarahkan otoritas intelektual untuk sampai pada suatu konklusi tentang berbagai persoalan. Proses tersebut di lakukan mana kala otoritasnya yang lebih tinggi tidak bisa menyelesaikan persoalan yang di hadapi. Pendidikan merupakan salah satu bentuk artikulasi atau tajwid yang strategis dalam memahami ajaran islam (al-qur’an dan hadis) secara profesional.
            Menurut dahlan pendidikan islam hendaknya di arahkan pada usaha pembentukan manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangannya dan paham masalah ilmu keduniaan, serta besedia berjuang untuk kemajuan mayarakatnya. Pendidikan islam juga merupakan upaya pembinaan pribadi muslim sejati yang bertakwa baik sebagai abdi maupun sebagai khalifa fi-ard. Untuk mencapai tujuan proses pendidikan islam hendaknya menakomodiri berbagai ilmu pengetahuan baik umum maupun agama. Menurut dahlan, upaya ini akan terealisasi mana kala proses pendidikan bersifat integral.
            Menurut dahlan, materi pendidikan pengajaran al-qur’an dan hadis, membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, dan menggambar. Materi al-qur’an meliputi: ibadah, persamaan derajat, fungsi perbuatan manusia dalam menentukan musyawarah, pembuktian kebenaran al-qur’an dan hadis menurut akal, kerja sama antar agama, kebudayaan, kemajuan peradaban, hukum kausalitas peradaban, demokratisasi dan liberalisasi, kemerdekaan berfikir, dinamika kehidupan dan peranan manusia di dalamnya, dan akhlak (budi pekerti)
2. BADIATUL RAZIQIRIN dkk, JEJAK TOKOH ISLAM DI INDONESIA, e-NUSANTARA YOGYAKARTA, CETAKAN KE DUA, 2003 Hlm 104-108


B. Pandangan Ahmad Dahlan Dalam Pendidikan
            Pandangan ahmad dahlan dalam bidang pendidikan dapat di lihat pada kegiatan pendidikan yang di laksanakan oleh muhammadiyah. Dalam bidang pendidikan, muhammadiyah melanjutkan modal sekolah yang di gabungkan dengan system pendidikan gubernemen. Di samping sekolah dera di kampong sendiri, ahmad dahlan juga membuka sekolah yang sama di kampong yogya yang lain. Hubungan ahmad dahlan dengan murid-murid sekolah pendidikan guru di lanjutkan terus. Untuk beberapa waktu dia masih mengajar agama di sana, walaupun hanya di muka di luar jam sekolah.
            Di samping mendirikan sekolah yang mengikuti modal gubernemen, muhammadiyah dalam waktu singkat juga mendirikan sekolah yang lebih bersifat agama. Sekolah ini seperti madrasah diniyah di minang kabau di maksudkan untuk mengganti dan memperbaiki pengajian al-qur’an yang tradisional, untuk pengajian kitab. Muhammadiyah juga segera mencari penggantinya sesuai dengan tuntutan zaman modern, usaha tersebut di anggap sebagai realisasi dari rencana serikat islam yang semenjak tahun 1912 berusaha mendirikan sekolah pendidikan agama yang dapat menyaingi sekolah pendidikan gubermen.
            Pada tanggal 18 desember 1921, muhammadiyah sudah dapat mendirikan pondok muhammadiyah sebagai sekolah pendidikan guru agama. Melihat kegiatan-kegiatan ini, Nampak jelas muhammadiyah mengikuti pola yang sama dengan kegiatan yang di lakukan Abdullah ahmad di padang. Persamaan tersebut di lihat dalam hal-hal berikut:
a.       pertama adalah kegiatan tabligh, yaitu pengajaran agama kepada kelompok orang dewasa  dalam satu kursus yang terat
b.      mendirikan sekolah swasta menurut model pendidikan gobernemen dengan di tambah beberapa jam pelajaran agama per-minggu
c.       untuk membentuk kader organisasi dan guru-guru agama, di dirikan pondok muhammadiyah seperti normal islam di padang pada tahun 1931.
Muhammadiyah berhasil melanjutkan model pembaharuan pendidikan di sebabkan oleh adanya kenyataan bahwa ia menhadapi lingkungan social yang terbatas pada pegawai, guru maupun pedagang di kota. Kelompok menengah di kota dalam banyak hal merupakan latar belakang social hingga sekarang ini. Oleh karena itu muhammadiyah dengan menyediakan model pendidikan barat yang di tambah dengan pendidikan agama, mendapatkan hasil yang baik dalam kalangan ini.
Di antara sekolah-sekolah muhammadiyah yang tertua dan besar jasanya adalah sebagai berikut:
1.      kweekschool muhammadiyah, di Yogyakarta
2.      mu’allimin muhammadiyah, di solo dan Jakarta
3.      mu’allimin muhammadiyah, di Yogyakarta
4.      zu’amah/za’imat, di Yogyakarta
5.      tablighscool, di Yogyakarta
6.      hik muhammadiyah, di Yogyakarta
pada masa Indonesia merdeka, muhammadiyah mendirikan sekolah madrasah berlipat ganda banyaknya daripada masa penjajahan belanda dahulu. Menurut siaran muhammadiyah edisi oktober 1957 jumlah sekolah agama/madrasah muhammadiyah meliputi madrasah ibtidaiyah 412 buah, madrasah tsanawiyah 40 buah, madrasah diniyah (aliyah) 82 buah madrasah, madrasah mu’alimin 73 buah, dan madrasah pendidikan guru agama 75 buah.
Selain sekolah agama, terdapat pula sekolah umum muhammadiyah yang meliputi sekolah rakyat 445 buah, SMP 230 buah, SMA 30 buah, sekolah taman kanak-kanak 66 buah, SGB 69 buah, SGA 16 buah, sekolah kepandaian putri 9 buah, sekolah menengah ekonomi atas 1 buah, sekolah pendidikan kemasyarakatan 1 buah, sekolah putrid aisyia 1 buah.
Dari uaraian tersebut segera dapat di ketahui ide-ide pendidikan yang di kemukakan ahmad dahlan sebagai berikut:
Ø  ahmad dahlan membawa pembaharuan dalam bidang pendidikan islam yang semula system pesantren menjadi system sekolah
Ø  ahmad dahlan telah memasukan pelajaran umum kepada sekolah-sekolah agama atau madrasah
Ø  ahmad dahlan telah melakukan perubahn-perubahan dalam metode pengajaran dari semula pengajaran sorogan kepada metode pengajaran yang lebih bervariasi.
Ø  Ahmad dahlan telah mengajarkan sikap hidup yang terbuka dan toleran
Ø  Ahmad dahlan dengan organisasinya muhammadiyah yang termasuk organisasi islam yang paling pesat dalam mengembangkan lembaga pendidikan yang lebih bervariasi

  DRS. H. ABUDDIN NATA, MA. FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM, CIPUTAT PERS, JAKARTA (1997) H 206-208

A.    K.h. Ahmad dahlan mendirikan muhammadiyah

Setelah kembali dari mekah yang pertama pada tahun 1888 ia mulai membenahi posisi kiblat, sebelumnya arah kiblat itu belum benar, sehingga ia memberanikan diri untuk membetulkannya. Meskipun hal itu cukup sederhana, namun ia mendapatkan tantangan keras dalam mengupayakan pembetulan arah kiblat mesjid sultan Yogyakarta, karena gagal membetulkan arah kiblat mesjid sultan Yogyakarta, akhirnya ia membangun langgar sendiri dengan letak kiblat yang tepat. Tapi, langgarnya malah di robohkan atas perintah K.H. Muhammad halil. Ahmad dahlan kemudian memutuskan untuk meninggalkan kampungnya karena kecewa. Namun, kakak iparnya K.H. shaleh berusaha menabahkan dan membangunkan mushollah, serta mempersilahkan kepadanya untuk mengajarkan dan mempraktekkan ajaran islam sesuai dengan keyakinannya.

Gagasan pendirian muhammadiyah adalah untuk menghimpun kembali umat islam untuk mengikuti jejak nabi Muhammad SAW. Dan menegakka kembali kemurnian ajaran islam, membersihkan tauhid dari segala macam tahayul, bid’ah dan khurafat yang menyakiti umat islam pada masa itu. Namun perjuangan ahmad dahlan pada saat itu benyak mendapatkan resitensi baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya, berbagai fitnah, tuduhan, dan hasutan datang brtubi-tubi kepadanya, ia di tuduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama islam.
Di samping aktif untuk menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah muhammadiyah, ia juga tidak lupa akan tugasnya sebagai pribadi yang mempunyai tanggung jawab kepada keluarganya. Di samping itu, ia juga di kenal sebagai seorang wira usahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik.

Pada tahun 1914, beliau juga mendirikan organisasi kewanitaan muhammadiyah dengan nama “sopo tresno” yang kemudian berubah namanya menjadi “aisyiah”. Atas jasa-jasa K.H. ahmad dahlan dalam pembangkitan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan islam dan pendidikan, maka pemerintah republik Indonesia menetapkannya sebagai pahlawan nasional dengan surat keputusan presiden 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut:
1.      K.H. ahmad dahlan telah memelopori kebangkitan umat islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.
2.      Dengan organisasi muhammadiyah yang di dirikannya, telah banyak memberikan ajaran islam yang murni kepada bangsanya, ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan islam
3.      Dengan organisasinya, muhammadiyah telah memelopori amal usaha social dan pendidikan yang amat di perlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran islam.
4.      Dengan organisasinya, muhammadiyah bagian wanita (aisyiah) telah memelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi social, setingkat dengan kaum pria.
Selain itu usaha muhammadiyah yang lainnya adalah memperluas pengajian-pengajian, menyebarkan bacaan-bacaan agama, mendirikan mesjid-mesjid dan sebagainya. Muhammadiyang bukan hanya semata bergerak pada bidang pengajaran, tetapi juga lapangan-lapangan lain terutama menyangkut social umat islam. Sehubungan dengan itulah muhammadiyah sebagai gerakan social keagamaan mempunyai cirri-ciri khas sebagai berikut:
a.       Muhammadiyah sebagai gerakan islam
Muhammadiyah dalam melaksanakan dan memperjuangkan keyakinan dan cita-cita organisasinya berasaskan islam. Menurut muhammadiyah bahwa dengan islam bisa di jamin kebahagiaan yang hakiki hidup di dunia dan akhirat, material dan spiritual.
b.      Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah
Untuk mewujudkan keyakinan cita-cita muhammadiyah yang berdasarkan islam, yaitu amar ma’ruf dan nahi mungkar. Dakwah di lakukan menurut cara yang di contohkan oleh nabi Muhammad SAW. Dakwah islam di laksanakan dengan hikmah kebijaksanaan, nasihat, ajakan, dan dialog.
c.       Muhammadiyah sebagai tajdid
Usaha-usaha yang di rintis dan di laksanakan menunjukan bahwa muhammadiyah selalu berusaha memperbaharui dan meningkatkan pemahaman islam secra rasional sehingga islam lebih mudah di terima dan di hayati oleh segenap lapisan masyarakat.
4.       DRS HASBULLAH-KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM, CIPUTAT JAKART, PT RAJA GRAFINDO PERSADA, (1999). H. 114-120.         

B.     Analisis kritis

Dari pembahasan di atas yang menjadi analisis kritis adalah sebagai berikut:
Dahlan mengupayakan hal demikian untuk bisa menyelamatkan umat islam dari berbagai hal yang terdapat dalam bidang pendidikan agar umat islam bisa berfikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis, dalam artian supaya islam bisa berproses dalam bidang pendidikan yang hendaknya bisa di tempatkan pada pendidikan yang bisa di tempatkan pada skolah prioritas utama dalam proses pembangunan umat. Olehnya itu, ahmat dahlan mengedepankan umat islam agar bisa berpikir untuk menyelamatkan umat islam dari pola berpikir hingga bisa menuju pada pemikiran yang dinamis. Inti dari pemikiran tersebut adalah sebagai berikut:
Ø  Agar pendidikan islam hendaknya bisa di arahkan pada usaha pembentukan manusia muslim yang berbudi pekerti luhur serta alim dalam agama.
Ø  Agar umat islam paham dalam masalah keduniaan serta berjuang untuk meningkatkan kemajuan dalam masyarakat

Dalam hal ini berarti bahwa pendidikan islam merupakan upaya pembinaan yang bertujuan untuk membentuk muslim sejati yang baik dan bertakwa. Tujuan ahmat dahlan dalam hal ini agar umat islam bisa berproses di bidang pendidikan dan beilmu pengetahuan. Baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum. Berpijak pada pandangan di atas, sesungguhnya dahlan sangat menginginkan untuk pengelolaan pendidikan modern dan memiliki pengetahuan secara propesional sehingga pendidikan tersebut bisa mencerminkan untuk peserta didik , mampu menhadapi perubahan sesuai dengan tuntutan zaman.

            Upaya dahlan mengaktualisasikan gagasan tersebut bukan hal yang gampang atau hal yang mudah. Akan tetapi hal tersebut dapat membangkitkannya melalui usaha sehingga dapat memberikan inspirasi bagi pembentukan serta pembinaan bagi umat islam. Gagasan dahlan mendirikan muhammadiyah ialah untuk menghimpun kembali umat islam agar  mengikuti jejak nabi Muhammad SAW supaya umat islam selalu menegakkan agama dengan sungguh-sungguh dan bisa memahami tentang apa yang di lakukan nabi pada waktu itu supaya umat islam tidak mudah (tidak gampang) meninggalkan ajaran-ajaran yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW.

            Dahlan mendirikan muhammadiyah bukan semata-mata hanya bergerak di bidang pengajaran. Akan tetapi, berhubungan dengan lapangan-lapangan lain terutama menyangkut dengan social umat islam.
 
DAFTAR PUSTAKA

1.  DR. H. SAMSUL NIZAR, M.A FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM, CIPUTAT PERS, JAKARTA (2002) H. 66-70
2. BADIATUL RAZIQIRIN dkk, JEJAK TOKOH ISLAM DI INDONESIA, e-NUSANTARA YOGYAKARTA, CETAKAN KE DUA, 2003 Hlm 104-108
3.  DRS. H. ABUDDIN NATA, MA. FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM, CIPUTAT PERS, JAKARTA (1997) H 206-208
4. DRS HASBULLAH-KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM, CIPUTAT JAKART, PT RAJA GRAFINDO PERSADA, (1999). H. 114-120.        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar