1. Keperawatan
a. Pengertian keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional yang merupakan bagian internal dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dengan bentuk pelayanan biologis, psikologis, social, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Depkes, 2000).
b. Tujuan keperawatan
1). Membantu individu menjadi bebas dari masalah kesehatan yang dirasakan dan mengajak individu dan masyarakat untuk berpartisipasi meningkatkan derajat kesehatan.
2). Membantu indivudu mengembangkan potensinya dalam memelihara kesehatan seoptimal mungkin agar tidak tergantung kepada orang lain didalam memelihara kesehatannya.
3). Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
2. Proses Keperawatan
a. Pengertian Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan yang mempunyai empat tahapan yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan atau implementasi, dan evaluasi. Alternative lain dari proses keperawatan terdiri dari lima tahapan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Lismidar, 2005).
b. Tujuan Proses Keperawatan
Hasil akhir dari proses ini adalah menuliskan rencana keperawatan. Proses keperawatan ini merupakan suatu proses pemecahan masalah yang sistematika dalam memberikan pelayanan keperawatan. Rencana asuhan keperawatan merupakan pedoman dalam memberikan pelayanan keperawatan.
c. Langkah-langkah Proses Keperawatan
Ada lima langkah dalam proses keperawatan dalam lima langkah ini semuanya saling berkaitan dan saling mempengaruhi yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi yang membentuk satu mata rantai sebagai berikut.
1). Pengkajian Keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat memberi arahan kepada tindakan keperawatan. Dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar pasien.
Langkah-langkah pengkajian data sebagai berikut :
a) Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan sejak masuk rumah sakit, selama pasien dirawat secara terus-menerus serta dilakukan untuk menambah dan melengkapi data yang telah ada. Berdasarkan sumber data, data pengkajian dibedakan atas; data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pasien atau keluarga pasien, sedangkan data sekunder adalah data yang didapat dari pemeriksaan fisik (Inpeksi, Palpasi, Perkusi, Aulkutasi). Secara umum ada beberapa cara pengumpulan data yaitu anamnesa,meliputi :a). Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku, golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), dan diagnosa medis, b). Keluhan Utama Pada umumnya hepatitis adalah mual muntah, c). Riwayat Penyakit sekarang, kaji kronologis terjadinya mual dan muntah dan pertolongan yang telah didapat untuk,meringankan keluhan, d). Riwayat penyakit dahulu : Apakah pernah di rawat di rumah sakit kalau pernah, sakit apa? apakah ada penyakit Tuberculosis Paru, pankresitis, types, yang dapat mengganggu faal hati, e). Riwayat Keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit hepatitis apakah dalam keluarganya ada yang menderita penyakit hepatitis karena hepatitis dapat tertular dengan cepat, f). Riwayat psikososial dan spiritual, kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritannya, peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat, g). Pola fungsi Kesehatan antara lain : 1) pola persepsi dan konsep diri : timbul kecemasan dan malu akibat seluruh tubuh iktrus yang dialaminya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri), 2) pola sensori dan kognitif : kaji daya ingat jangka panjang dan jangka pendek apakah disorientasi waktu,dan tempat, 3) pola penggulangan stress : timbul rasa cemas akan keadaan dirinya, yaitu ketakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya., 4) pola tata nilai dan keyakinan : klien dengan hepatitistidak dapat melaksanakan ibadah dengan baik, hal ini disebabkan oleh nyeri dan keterbatasan gerak klien, 5). Pola nutrisi dan metabolisme : klien dengan hepatitis harus mengkomsumsi nutrisi lebih lebih kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainya untuk membantu proses penyembuhan, 6). Pola eliminasi klien akan mengalami gangguan. Meskipun demikian perlu mengkaji frekuensi, konsistensi, serta warna dan bau feses pada pola eliminasi alvi. Selain itu juga harus mengkaji frekuensi, kepekaan, warna, bau, dan jumlah pada pola eliminasi urine, pada kedua pola ini juga dikaji adanya kesulitan atau tidak, 7). Pola aktivitas karena timbul rasa nyeri, gerak menjadi terbatas. Semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan klien memerlukan banyak bantuan orang lain. hal lain yang perlu dikaji adalal bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien, 8). Pola istirahat dan tidur. Semua klien dengan hepatitis merasakan nyeri dan gerakannya terbatas sehingga dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu perlu dikaji lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, kesulitan tidur, dan penggunaan obat tidur. h) Pemeriksaan Fisik : a). Mata, sclera iktrus dan pucat, menunjukan anemia sebagai refleksi dari hemolisis, sirosis, atau neoplasma, b). Ekstermitas : kurus mungkin berhubungan dengan sirosis, c). Kelenjar parotis, kelenjar parotis terasa membesar, d). Kulit : pada pemeriksaan kulit di temukan adanya iktrus pada seluruh tubuh, e).Status mental :pada pemeriksaan stus mental dan fungsi neurologist akan di temukan kemunduran intelektual dan perubahan kepribadian, f). Pada pemeriksaan abdomen di temukan adanya asites yang bersama dengan vena periumbilikalisyang berdilatasi dan menunjukan sirosis dan sirkulasi kolateral portalyang ekstensif. Pada palpasi terdapat pembesaran hati dan pada sirosisterjadi pengecilan hati.
2). Diagnosa Keperawatan.
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis menurut Carpenito L. J (1999), sebagai berikut :
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah, 2). Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta, 3). Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar , 4). Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis, 5). Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu, 6). Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus.
3). Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.
Pelaksanaan adalah melaksanakan apa yang telah dirumuskan dalam intervensi dan langkah-lngkah dalam pelaksanaan, meliputi pelaksanaan dan persiapan klien dalam menerima asuhan keperawatan. perawat perlu memperhatikan kemampuan dalam supervisi komunikasi, motivasi kepemimpinan dalam mengambil keputusan.
Pada langkah pelaksanaan kegiatan, di samping perawat melaksanakan upaya mencapai tujuan, perawat juga harus memperhatikan aspek hukum dan etika serta berusaha mencegah komplikasi yang timbul dalam asuhan keperawatan yang diberikan.
4). Evaluasi Keperawatan.
Evaluasi merupakan kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien dan anggota tim kesehatan lainnya. Evaluasi merupakan perbandingan sistematis dari rencana keperawatan pasien, dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan, melibatkan pasien, perawat dan tim kesehatan lainnya.
Adapun tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui apakah hasil yang diharapkan tercapai atau tidak dan untuk mengetahui apakah timbul masalah baru setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria evaluasi ada dua macam, yaitu kriteria proses dan kriteria hasil. Kriteria proses mengevaluasi jalannya proses sesuai dengan situasi kondisi dan kebutuhan pasien sedangkan kriteria hasil mengevaluasi hasil tindakan keperawatan setelah melakukan implementasi yang berupa penilaian “SOAP”. S atau subjektif hasil berdasarkan ungkapan pasien. O atau objektif yaitu hasil yang perawat ketahui dari hasil pengamatan kondisi klien, A merupakan assesment merupakan penilaian hasil dari analisa masalah yang sudah ada apakah teratasi atau tidak teratasi, dan P atau Planning (rencana) merupakan tahapan perencanaan selanjutnya atau penghentian melakukan implementasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar