Latar Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama disebabkan oleh perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif. Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan neonatal trfokus untuk memantau perkembangan kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya, menyediakan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi. Asuhan pasca keguguran untuk penatalaksaan gawat darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama disebabkan oleh perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif. Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan neonatal trfokus untuk memantau perkembangan kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya, menyediakan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi. Asuhan pasca keguguran untuk penatalaksaan gawat darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Tujuan Penulisan
------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------
Landasan Teori Pengerian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil komsepsi (janing dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (manuaba, 1998).
Persalinan normal adalah proses lahirnya janin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
Persalinan normal menurut Farer (2001) adalah persalinan yang memiliki karakteristik berikut ini.
1. Terjadi pada kehamilan aterm, bukan prmatur atau pun postmrur.
2. Mempunyai onset yang spontan, bukan karena induksi.
3. Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat onset, bukan partus presipitatus ataupun partus lama.
4. Janing tunggal dengan presentasi puncak kepala dan oksiput ada bagian anterior pelvis.
5. Terlaksana tampa bantuan artifial.
6. Tidak terdapatkomplikasi.
7. Mencakup kelahiran plasenta yang normal.
Tanda-tanda Gejala Persalinan
1. Tanda dan gejala permualaan persalinan menurut mochtar (1994). Sebelum terjdi persalinan yang sebenarnya, beberapa seminggu sebelum wanita memasuki hari perkiraan kelahiran yang di sebut kala pendahuluan (preparatori stage of labor) dengan tanda sbb.
a. Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul..pada primigravida terjadi menjelang minggu ke-36. Lightenig disebabkan oleh:
· Kontraksi braxton hicks;
· Ketegangan dinding perut;
· Ketegangan ligamentum rotumdum;
· Gaya berat janin.
Saat kepala masuk pintu atas panggul, ibu akan merasakan rasa sesat pada perut bagian atas berkurang dan pada bagian bawah terasa sesak.
a. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
b. Sering miksi atau sulit berkemih.
c. Sakit di pinggang dan di perut.
d. Serviks mulai lembek dan mendatar. Pada multi para gambaran ini kurang jelas, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelalan persalinan.
e. Terjadinya his permulaan atau his palsu. Sifat dari his palsu adalah :
· Rasa nyeri ringan di bagian bawah;
· Datanya tidak teratur;
· Durasi pendek;
· Tidak bertambah dengan beraktivitas tidak ada perubahan pada serviks.
2. Tanda-tanda persalinan inpartu adalah sebagai berrikut.
a. Terjadi his persalinan, dengan karakteristik:
· Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan ;
· Sifat sakitnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar ;
· Berpengaruh terhadap perubahaan serviks ;
· Dengan beraktivitas kekuan makin bertambah.
b. Pengeluaran lendir bercampur darah.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Hasil pemeriksaan dalam (PD) menunjukan terjadinya perlunakan, pendaratan, dan pembukaan serviks. Karakteristik kontraksi uterus atau his yang perlu diperhatikan adalah: kekuatan kontraksi/intensitas, frekuensi, dan durasi. Tiap kontraksi uterus tediri atas tiga fase sebagai berikut.
· Incement, yaitu ketikabintensitas atau kekuatan kontraksi terbentuk.
· Aceme, yaitu puncak maksimum dari kontraksi.
· Decrement, yaitu ketika otot uterus mulai kontraksi.
Durasi kontraksi uterus diukur dari awal Incement sampai akhir decrement. frekuensi dihitung dari awal Incement atau kontraksi sampai awal decrement berikutnya.
Teori-Teori Mengenai Proses terjadinya Persalinan
Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,sehingga timbul beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan. Menurut manuaba (1998), pengertian persalinan adalah sebagai berikut.
1. Teori Penurunan Hormon
Beberapa hari sebelum partus terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Sehingga otot rahim sensitif terhadap oksitosin. Penurunan kadar progestron pda tingkat tertentu menyebabkan otot rahim molai kontraksi.
2. Teori Kerengangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Apabila batas tersebut telah terlewati, maka akan terjadi kontraksi, sehingga persalinan dapat dimulai.
3. Teori Plasenta Menjadi Tua
Plasenta yang semmakin tua sering dengan bertambahnya usia kehamilan akan mmenyebabkan turunya kadar estrogen dan progesteron, sehingga pembuluh darah mengalami kekejangan dan timbul kontraksi rahim.
4. Teori Iritasi Mekanik
Di belakan seviks terletak ganglion servikale/fleksus Fran Kenhauser. Bila ganglion ini digeser dan ditekan atau tertekan kepada janin, maka akan timbul kontraksi rahim.
5. Teori Oksitosin Interna
Menurutnya kosentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat dan kontraksi braxton hicks sering terjadi, sehingga persalian dapat dimulai.
6. Teori Prostaglanndin
Prostaglanndinn yang dikeluarkan oleh decidua konssentrasinya meninggkat sejak usia kehamilan 15 minggu. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan, pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot hamil.
Faktor-Faktor Penting dalam Persalinan
Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan (Stencheveer dan sorensen, 1995).
1. Kekuatan mendorong janin keluar (power)
a. His (kontraksi utterus).
b. Kontraksi otot dinding prut.
c. Kontraksi difragma pelvis.
d. Keteganga dan kontraksi ligamentum rotundum.
e. Evektivitas kekuatan mendorong.
f. Lama persalinan.
2. Jenis (Passanger)
a. Letak janin
b. Posisi janin.
c. Presentasi janin.
d. Letak plasenta.
3. Jenis lintas (Passage)
a. Ukuran dan tipe panggul.
b. Kemampuan serviksuntuk membuka.
c. Kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk memanjang.
4. Kejiwaan (Psyche)
a. Persiapan fisik untuk melahirkan.
b. Pengalaman persalinan.
c. Dukungan orang terdekat.
d. Intergitas emosional.
Mekanisme Persalinan
Proses persalinan terdiri atas empat fase/kala.
Kala I : waktu mulai serviks membuka sampai pembukaan lengkap 10 cm.
Kala II : waktu pengeluaran janin.
Kala III : waktu pelepasan plasenta dan pengeluaran plasenta.
Kala IV : waktu satu sampai dua jam setelah plasenta lahir.
1. Kala I (kala Pembukaan)
Permulaan persalinan ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai mendatar dan membuka. Kala pembuka dibagi menjadi du fase (mochtar, 1994).
a. Fase laten: pembukaan serviks berlangsung lambbat, sampai pembukaan 3 cm yang berlangsung dalam tujuh sampai delapan jam.
b. Fase aktif: berlangsung selanma enam jam yang dibagi atas tiga subvase, antara lain.
· periode akselerasi, pembukaan menjadi 4 cm yang berllangsung selam dua jam.
· periode dilatasi maksimal, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 9 cm.
· periode deselerasi, yaitu pembukaan berlansung llambat kembali dalam waktu dua jam pembukaan dari 9 cm mencapai lengkap 10 cm. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Bardasarkan kurva Friedman diperhitungkan pembukaan primigravida adalah 1 cm tiap jam dan untuk multigravida 2 cm tiap jam. Dengan perhitungan tersebut, maka waktu pembuaan lengkkap dapat diperkirakan
2. Kala II (kala Pengeluaran)
Menurut mochtar (1994), pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, interval 2-3 menit dengan durasi 50 sampai 100 detik. Pada akhir kala I ketuban akan pecah disertai pengeluaran cairan mendada, kepala janin turun masuk ruang panggul, sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang akan menimbulkan keinginan untuk mengejan. Oleh karena tertekannya fleksus Franken Hauser, ibu merasa seperti ingin buang air besar karena adanya tekanan pada rektum. Tanda-tanda kala II (Farrer, 2001) antara lain:
· pemeriksaan vaginal serviks sudah dilatasi penuh.
· Selaput amnion biasanya sudah pecah.
· His atau kontraksi uterus yang berlangsung panjang kuat, dan tidak begitu sering bukan 2-3 menit lagi, melainkan sekitar 3-5 menit sekali.
· Mungkin terdapat tetesan darah dari vagina.
· Ibu mengalami desakan kuat untuk mengejan.
· Sfingter ani terlihat berlilatasi.
· Perineum tampak menonjol.
3. Kala III (Pelepasan Uri)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Lepasnya plasenta secara Schultze yang biasanya tidak ada perarahan sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan darah setelah plasenta lahir. Sedangkan pengeluaran plasenta cara Duncan yaitu plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput ketuan (Mochtar 1994). Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memerhatikan tanda-tanda:
a. uterus menjadi bundar;
b. fundus uterus mengalami kontraksi kuat;
c. uterus terdorong ke atas karena plasenta lepass ke segmen bawah rahim;
d. tali pusat bertambah panjang;
e. terjadi perdarah
4. Kala IV (Observasi)
kala IV dimaksudkan untuk observasi pendarahan postpartun. Paling ;sering terjadi pendarhan pad dua jam pertama, yang perlu diobservasi adalah:
a. Tingkat kesadaran;
b. Tanda tanda vital;
c. Kontrasi uterus;
d. Terjadinya pendarahan pendarahan dikatakan normal jika jumlahnya tidak lebih dari 500 ml.
PartografPartograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadan ibu dan janin. Partograf dapat dianggap sebagai sistem peringatan awal’’ yang akan membantu pengambilan keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus diujuk, dipercepat, atau diakhiri persalinannya.
Landasan
Partograf berlandaskan pada prinsip prinsip sebagai berikut (sudraji,1993).
1. Fase aktif persalinan, dimulai pada pembuakn 3 cm.
2. Fase laten persalinan, harus berlangsung tidak boleh lebih dari 1 cm tiap jam.
3. Tenggang cwaktu 4 jam antar melambatnya persalinan dan dimbilnya tindakan tidak akan membahayakan janin atau ibunya, untuk menghindarkan dari suatu tingdakan yang tidak perlu.
4. Periksa dalam tidak boleh dilakukan terlampu sering (direkomdasikan tiap jam).
5. Sebaiknya menggunakan partograf yang suda ada garis uwaspada dan garis tindakanya.
Komponen Patograf Komponen partograf terdiri atas tiga hal berikut:
a. Catatan janin;
b. Catatan kemajuan persalinan;
c. Catatn ibu.
Catatan Kemajuan Persalinan
Komponan grafik memusatka perhatian pada pembukaan serviks menurut waktu, yang sebagai menjadi fase laten dan fase aktif.
Fase laten :Fase laten persalinan dimulai sejak awal persalinan sampai pembukaan mencapai 3 cm, apabila fase ini lebih dari 8 jam denganhasil dua kali dalam 10 menit, maka persalinan akan cenderung mengalami kesulitan.
Fase Aktif :Segera setelah pembukaan memcapai 3 cm, maka persalinan akan memasuki fase aktif. Pada 90% premigravida, serviks akan membuka dengan kecepatan 1 cm tiap jam atau lebih cepat dalam fase aktif. Garis waspada digambar dari 3 cm sampai 10 cm yang memgambarkan keecepatan pembukaan. Apabila pembukaan berpindah sebelah kanan garis waspada melmbaat, hal ini menunjukkan adanya hambatan persalinan. Kemjuaan persalinan yang lain juga perlu pengamatan, misalnya turunnya kepala janin dan kualitas his. Pemantauan keadaan janin secara teliti meliputi denyut jantung janin dan ketuban. Pemeriksaan keadaan ibu dilakukan secara teratur dengan mencatat suhu, nadi, tekanan darah, dan urine.
Pengamatan yang dicatat pada partograf Berikut ini adalah hal-hal yang perlu untuk dicatat pada partograf.
1. Kemajuan persalinan
a. Pembukaan serviks.
b. Turunnya kepala: palpasi .perut `1/5 kepala janin yang teraba.
c. His: frekuensi tiap 10 menit dan turasinya digambar dengan arsir.
2. Keadaan janin
a. Frekuensi denyut jantung janin.
b. Warna, jumlah, dan lamanya kutuban pecah.
c. maulasse kepala janin.
3. Keadaan ibu
a. Nadi, suhu, dan tekanan darah.
b. Orine: volume, protoin, dan aseton.
c. Obat-obatan Dan cairan intravena.
d. Penberian oksitosin.
Kontraindikasi pelaksanaan partograf Berikut ini adalah kontraindukasi dari pelaksanaan partograf.
1. Wanita hamil dengan tinggi badan kuran 145 cm.
2. Pendarahan antepartum.
3. Preeklamsi berat dan eklampsi.
4. Persalinan premtur .
5. Persalinan bekas sectio caesaria (SC).
6. Persalinan dengan hamil kembar.
7. Kelainan letak.
8. Keadaan gawat janin.
9. Persalinan dengan induksi.
10. Hamil dengan anemia berat.
11. Dugaan kesempitan panggul.
Keuntungan dan kerugian pelaksanaan partograf Keuntungan dan kerugian dari penggunaan partograf adalah sebagai berikut.
a. Keuntungan
1. Tersedia cukup waktu untuk melakukan rujukan (4 jam) setelah perjalanan persalinan melewati garis waspada.
2. Di pusat pelayanan kesehatan cukup waktu untuk melakukan tindakan.
3. Mengurangi infeksi karena pemeriksaan dalam yang terbatas.
a. Kerugian
Kemungkinan terlalu cepat untuk melakukan rujukan, yang sebenarnya dapat dilaksanakan di tempat.
Kurva Fridedman
Pada tahun 1945, Friedman melakukan penelitian pada sejumlah besar ibu di amerika serikat yang menghasilkan pola serviks normal. Fridedman membagi persalinan secara fungsional menjadi dua yaitu, fase laten yang berlangsung 8-10 jam sampai pembukaan 3 cm, yang diikuti fase aktif yang ditandai dengan akselerasi percepatan dari pembukaan 3 menjadi 8-9 cm, kemudian berakhir dengan fase deselarasi/perlambatan dari 9 cm ke pembukaan lengkap (10 cm)
------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------
Landasan Teori Pengerian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil komsepsi (janing dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (manuaba, 1998).
Persalinan normal adalah proses lahirnya janin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
Persalinan normal menurut Farer (2001) adalah persalinan yang memiliki karakteristik berikut ini.
1. Terjadi pada kehamilan aterm, bukan prmatur atau pun postmrur.
2. Mempunyai onset yang spontan, bukan karena induksi.
3. Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat onset, bukan partus presipitatus ataupun partus lama.
4. Janing tunggal dengan presentasi puncak kepala dan oksiput ada bagian anterior pelvis.
5. Terlaksana tampa bantuan artifial.
6. Tidak terdapatkomplikasi.
7. Mencakup kelahiran plasenta yang normal.
Tanda-tanda Gejala Persalinan
1. Tanda dan gejala permualaan persalinan menurut mochtar (1994). Sebelum terjdi persalinan yang sebenarnya, beberapa seminggu sebelum wanita memasuki hari perkiraan kelahiran yang di sebut kala pendahuluan (preparatori stage of labor) dengan tanda sbb.
a. Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul..pada primigravida terjadi menjelang minggu ke-36. Lightenig disebabkan oleh:
· Kontraksi braxton hicks;
· Ketegangan dinding perut;
· Ketegangan ligamentum rotumdum;
· Gaya berat janin.
Saat kepala masuk pintu atas panggul, ibu akan merasakan rasa sesat pada perut bagian atas berkurang dan pada bagian bawah terasa sesak.
a. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
b. Sering miksi atau sulit berkemih.
c. Sakit di pinggang dan di perut.
d. Serviks mulai lembek dan mendatar. Pada multi para gambaran ini kurang jelas, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelalan persalinan.
e. Terjadinya his permulaan atau his palsu. Sifat dari his palsu adalah :
· Rasa nyeri ringan di bagian bawah;
· Datanya tidak teratur;
· Durasi pendek;
· Tidak bertambah dengan beraktivitas tidak ada perubahan pada serviks.
2. Tanda-tanda persalinan inpartu adalah sebagai berrikut.
a. Terjadi his persalinan, dengan karakteristik:
· Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan ;
· Sifat sakitnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar ;
· Berpengaruh terhadap perubahaan serviks ;
· Dengan beraktivitas kekuan makin bertambah.
b. Pengeluaran lendir bercampur darah.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Hasil pemeriksaan dalam (PD) menunjukan terjadinya perlunakan, pendaratan, dan pembukaan serviks. Karakteristik kontraksi uterus atau his yang perlu diperhatikan adalah: kekuatan kontraksi/intensitas, frekuensi, dan durasi. Tiap kontraksi uterus tediri atas tiga fase sebagai berikut.
· Incement, yaitu ketikabintensitas atau kekuatan kontraksi terbentuk.
· Aceme, yaitu puncak maksimum dari kontraksi.
· Decrement, yaitu ketika otot uterus mulai kontraksi.
Durasi kontraksi uterus diukur dari awal Incement sampai akhir decrement. frekuensi dihitung dari awal Incement atau kontraksi sampai awal decrement berikutnya.
Teori-Teori Mengenai Proses terjadinya Persalinan
Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,sehingga timbul beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan. Menurut manuaba (1998), pengertian persalinan adalah sebagai berikut.
1. Teori Penurunan Hormon
Beberapa hari sebelum partus terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Sehingga otot rahim sensitif terhadap oksitosin. Penurunan kadar progestron pda tingkat tertentu menyebabkan otot rahim molai kontraksi.
2. Teori Kerengangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Apabila batas tersebut telah terlewati, maka akan terjadi kontraksi, sehingga persalinan dapat dimulai.
3. Teori Plasenta Menjadi Tua
Plasenta yang semmakin tua sering dengan bertambahnya usia kehamilan akan mmenyebabkan turunya kadar estrogen dan progesteron, sehingga pembuluh darah mengalami kekejangan dan timbul kontraksi rahim.
4. Teori Iritasi Mekanik
Di belakan seviks terletak ganglion servikale/fleksus Fran Kenhauser. Bila ganglion ini digeser dan ditekan atau tertekan kepada janin, maka akan timbul kontraksi rahim.
5. Teori Oksitosin Interna
Menurutnya kosentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat dan kontraksi braxton hicks sering terjadi, sehingga persalian dapat dimulai.
6. Teori Prostaglanndin
Prostaglanndinn yang dikeluarkan oleh decidua konssentrasinya meninggkat sejak usia kehamilan 15 minggu. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan, pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot hamil.
Faktor-Faktor Penting dalam Persalinan
Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan (Stencheveer dan sorensen, 1995).
1. Kekuatan mendorong janin keluar (power)
a. His (kontraksi utterus).
b. Kontraksi otot dinding prut.
c. Kontraksi difragma pelvis.
d. Keteganga dan kontraksi ligamentum rotundum.
e. Evektivitas kekuatan mendorong.
f. Lama persalinan.
2. Jenis (Passanger)
a. Letak janin
b. Posisi janin.
c. Presentasi janin.
d. Letak plasenta.
3. Jenis lintas (Passage)
a. Ukuran dan tipe panggul.
b. Kemampuan serviksuntuk membuka.
c. Kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk memanjang.
4. Kejiwaan (Psyche)
a. Persiapan fisik untuk melahirkan.
b. Pengalaman persalinan.
c. Dukungan orang terdekat.
d. Intergitas emosional.
Mekanisme Persalinan
Proses persalinan terdiri atas empat fase/kala.
Kala I : waktu mulai serviks membuka sampai pembukaan lengkap 10 cm.
Kala II : waktu pengeluaran janin.
Kala III : waktu pelepasan plasenta dan pengeluaran plasenta.
Kala IV : waktu satu sampai dua jam setelah plasenta lahir.
1. Kala I (kala Pembukaan)
Permulaan persalinan ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai mendatar dan membuka. Kala pembuka dibagi menjadi du fase (mochtar, 1994).
a. Fase laten: pembukaan serviks berlangsung lambbat, sampai pembukaan 3 cm yang berlangsung dalam tujuh sampai delapan jam.
b. Fase aktif: berlangsung selanma enam jam yang dibagi atas tiga subvase, antara lain.
· periode akselerasi, pembukaan menjadi 4 cm yang berllangsung selam dua jam.
· periode dilatasi maksimal, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 9 cm.
· periode deselerasi, yaitu pembukaan berlansung llambat kembali dalam waktu dua jam pembukaan dari 9 cm mencapai lengkap 10 cm. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Bardasarkan kurva Friedman diperhitungkan pembukaan primigravida adalah 1 cm tiap jam dan untuk multigravida 2 cm tiap jam. Dengan perhitungan tersebut, maka waktu pembuaan lengkkap dapat diperkirakan
2. Kala II (kala Pengeluaran)
Menurut mochtar (1994), pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, interval 2-3 menit dengan durasi 50 sampai 100 detik. Pada akhir kala I ketuban akan pecah disertai pengeluaran cairan mendada, kepala janin turun masuk ruang panggul, sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang akan menimbulkan keinginan untuk mengejan. Oleh karena tertekannya fleksus Franken Hauser, ibu merasa seperti ingin buang air besar karena adanya tekanan pada rektum. Tanda-tanda kala II (Farrer, 2001) antara lain:
· pemeriksaan vaginal serviks sudah dilatasi penuh.
· Selaput amnion biasanya sudah pecah.
· His atau kontraksi uterus yang berlangsung panjang kuat, dan tidak begitu sering bukan 2-3 menit lagi, melainkan sekitar 3-5 menit sekali.
· Mungkin terdapat tetesan darah dari vagina.
· Ibu mengalami desakan kuat untuk mengejan.
· Sfingter ani terlihat berlilatasi.
· Perineum tampak menonjol.
3. Kala III (Pelepasan Uri)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Lepasnya plasenta secara Schultze yang biasanya tidak ada perarahan sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan darah setelah plasenta lahir. Sedangkan pengeluaran plasenta cara Duncan yaitu plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput ketuan (Mochtar 1994). Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memerhatikan tanda-tanda:
a. uterus menjadi bundar;
b. fundus uterus mengalami kontraksi kuat;
c. uterus terdorong ke atas karena plasenta lepass ke segmen bawah rahim;
d. tali pusat bertambah panjang;
e. terjadi perdarah
4. Kala IV (Observasi)
kala IV dimaksudkan untuk observasi pendarahan postpartun. Paling ;sering terjadi pendarhan pad dua jam pertama, yang perlu diobservasi adalah:
a. Tingkat kesadaran;
b. Tanda tanda vital;
c. Kontrasi uterus;
d. Terjadinya pendarahan pendarahan dikatakan normal jika jumlahnya tidak lebih dari 500 ml.
PartografPartograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadan ibu dan janin. Partograf dapat dianggap sebagai sistem peringatan awal’’ yang akan membantu pengambilan keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus diujuk, dipercepat, atau diakhiri persalinannya.
Landasan
Partograf berlandaskan pada prinsip prinsip sebagai berikut (sudraji,1993).
1. Fase aktif persalinan, dimulai pada pembuakn 3 cm.
2. Fase laten persalinan, harus berlangsung tidak boleh lebih dari 1 cm tiap jam.
3. Tenggang cwaktu 4 jam antar melambatnya persalinan dan dimbilnya tindakan tidak akan membahayakan janin atau ibunya, untuk menghindarkan dari suatu tingdakan yang tidak perlu.
4. Periksa dalam tidak boleh dilakukan terlampu sering (direkomdasikan tiap jam).
5. Sebaiknya menggunakan partograf yang suda ada garis uwaspada dan garis tindakanya.
Komponen Patograf Komponen partograf terdiri atas tiga hal berikut:
a. Catatan janin;
b. Catatan kemajuan persalinan;
c. Catatn ibu.
Catatan Kemajuan Persalinan
Komponan grafik memusatka perhatian pada pembukaan serviks menurut waktu, yang sebagai menjadi fase laten dan fase aktif.
Fase laten :Fase laten persalinan dimulai sejak awal persalinan sampai pembukaan mencapai 3 cm, apabila fase ini lebih dari 8 jam denganhasil dua kali dalam 10 menit, maka persalinan akan cenderung mengalami kesulitan.
Fase Aktif :Segera setelah pembukaan memcapai 3 cm, maka persalinan akan memasuki fase aktif. Pada 90% premigravida, serviks akan membuka dengan kecepatan 1 cm tiap jam atau lebih cepat dalam fase aktif. Garis waspada digambar dari 3 cm sampai 10 cm yang memgambarkan keecepatan pembukaan. Apabila pembukaan berpindah sebelah kanan garis waspada melmbaat, hal ini menunjukkan adanya hambatan persalinan. Kemjuaan persalinan yang lain juga perlu pengamatan, misalnya turunnya kepala janin dan kualitas his. Pemantauan keadaan janin secara teliti meliputi denyut jantung janin dan ketuban. Pemeriksaan keadaan ibu dilakukan secara teratur dengan mencatat suhu, nadi, tekanan darah, dan urine.
Pengamatan yang dicatat pada partograf Berikut ini adalah hal-hal yang perlu untuk dicatat pada partograf.
1. Kemajuan persalinan
a. Pembukaan serviks.
b. Turunnya kepala: palpasi .perut `1/5 kepala janin yang teraba.
c. His: frekuensi tiap 10 menit dan turasinya digambar dengan arsir.
2. Keadaan janin
a. Frekuensi denyut jantung janin.
b. Warna, jumlah, dan lamanya kutuban pecah.
c. maulasse kepala janin.
3. Keadaan ibu
a. Nadi, suhu, dan tekanan darah.
b. Orine: volume, protoin, dan aseton.
c. Obat-obatan Dan cairan intravena.
d. Penberian oksitosin.
Kontraindikasi pelaksanaan partograf Berikut ini adalah kontraindukasi dari pelaksanaan partograf.
1. Wanita hamil dengan tinggi badan kuran 145 cm.
2. Pendarahan antepartum.
3. Preeklamsi berat dan eklampsi.
4. Persalinan premtur .
5. Persalinan bekas sectio caesaria (SC).
6. Persalinan dengan hamil kembar.
7. Kelainan letak.
8. Keadaan gawat janin.
9. Persalinan dengan induksi.
10. Hamil dengan anemia berat.
11. Dugaan kesempitan panggul.
Keuntungan dan kerugian pelaksanaan partograf Keuntungan dan kerugian dari penggunaan partograf adalah sebagai berikut.
a. Keuntungan
1. Tersedia cukup waktu untuk melakukan rujukan (4 jam) setelah perjalanan persalinan melewati garis waspada.
2. Di pusat pelayanan kesehatan cukup waktu untuk melakukan tindakan.
3. Mengurangi infeksi karena pemeriksaan dalam yang terbatas.
a. Kerugian
Kemungkinan terlalu cepat untuk melakukan rujukan, yang sebenarnya dapat dilaksanakan di tempat.
Kurva Fridedman
Pada tahun 1945, Friedman melakukan penelitian pada sejumlah besar ibu di amerika serikat yang menghasilkan pola serviks normal. Fridedman membagi persalinan secara fungsional menjadi dua yaitu, fase laten yang berlangsung 8-10 jam sampai pembukaan 3 cm, yang diikuti fase aktif yang ditandai dengan akselerasi percepatan dari pembukaan 3 menjadi 8-9 cm, kemudian berakhir dengan fase deselarasi/perlambatan dari 9 cm ke pembukaan lengkap (10 cm)
sumber referensi :
Hakimi, M. 1990. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yayasan Esentia Medika
Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1994. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 1997 . Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sumapraja, Sudarji. 1996. Partograf WHO. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas KdokternUI
Hakimi, M. 1990. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yayasan Esentia Medika
Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1994. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 1997 . Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sumapraja, Sudarji. 1996. Partograf WHO. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas KdokternUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar