Dasar pengetahuan menurut Notoadmodjo (2005), diperoleh dari beberapa hal antara lain: a. Pengalaman, adalah keseluruhan peristiwa perjumpaan dan apa-apa yang terjadi pada manusia dalam interaksinya dengan alam, dirinya sendiri, lingkungan sosial dan sekitarnya dan seluruh kenyataannya, termasuk yang Illahi. Pengalaman terbagi menjadi dua: 1) Pengalaman Primer, yaitu pengalaman langsung karena bersentuhan indrawi dengan benda-benda konkret di luar manusia dan peristiwa yang disaksikan sendiri, 2) Pengalaman Sekunder, yaitu pengalaman tak langsung atau reflektif mengenai pengalaman primer. b. Ingatan, dalam kedudukannya sebagai dasar pengetahuan, baik pengalaman indrawi maupun ingatan saling menggantikan. Tanpa ingatan, pengalaman indrawi tidak akan berkembang menjadi pengetahuan. Dilain pihak ingatan mengandalkan pengalaman indrawi sebagai sumber dan dasar rujukannya. Dalam mengingat, kita dapat mengingat suatu kecakapan praktis yang kita pelajari sebelumnya. Semuanya itu dapat menjadi pengetahuan. c. Kesaksian, “kesaksian” disini dimaksudkan sebagai penegasan benar oleh seorang saksi kejadian atau peristiwa yang diajukan kepada orang lain untuk dipercaya. Dalam kenyataannya menurut Descrates, beberapa pemikir menolak kesaksian sebagai salah satu dan sumber pengetahuan karena kesaksian selalu bisa keliru atau bersifat menipu. Namun demikian, ada beberapa pengetahuan yang kebenaranya di rujukkan kepada kesaksian seperti sejarah, hukum, dan agama secara metodologis. d. Dasar pengetahuan yang keempat yakni: minat dan rasa ingin tahu, tidak semua pengalaman berkembang menjadi pengetahuan. Untuk berkembang menjadi pengetahuan subjek yang mengalami harus memiliki minat dan rasa ingin tahu. Minat mengajak perhatian ke hal-hal yang dialami dan dianggap penting untuk diperhatikan. Ini berarti bahwa dalam kegiatan mengetahui terdapat unsur penilaian. Orang akan memperhatikan dan mengetahui apa-apa yang dianggap bernilai. Dan rasa ingin tahu mendorong untuk bertanya dan menyelidiki apa yang dialaminya dan menarik minatnya. Rasa ingin tahu terkait erat dengan pengalaman mengagumkan dan mengesankan dengan keheranannya yang dialami. Mengajukan pertanyaan yang tepat mengandaikan bahwa orang tahu dimana ia tahu dan dimana tak tahu. Maka, mengajukan pertanyaan yang tepat adalah langkah pertama untuk memperoleh jawaban yang tepat. e. Pikiran dan penalaran, untuk dapat memahami dan menjelaskan apa yang dialami manusia perlu melakukan kegiatan berfikir. Kegiatan berfikir mengandalkan adanya pikiran. Terdorong oleh rasa ingin tahu, pikiran mengajukan pertanyaan yang relevan dengan persolan yang dihadapi. Kegiatan berfikir dalam arti luas memang lebih dari sekedar bernalar. Namun, kegiatan pokok berpikir dalam mencapai pengetahuan adalah penalaran. Berkat kemampuan menalar, manusia dapat mengembangkan pengetahuannya. Inilah yang membedakan manusia dengan binatang. f. Dasar pengetahuan lainnya adalah logika. Kegiatan penalaran tidak dapat dilepas dari logika. Tidak sembarang kegiatan berpikir dapat disebut penalaran. Penalaran adalah berpikir seturut rasa keseluruhan berpikir atau sesuai hukum logika. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah hanyalah penalaran yang membawa penyimpulan deduktif dapat dikatakan sahih (valid). g. Selain logika, penalaran juga mengandalkan bahasa. Oleh karena itu, bahasa juga merupakan salah satu hal yang mendasari atau memungkinkan adanya pengetahuan. Pengetahuan manusia diungkapkan dan dikomunasikan dalam bentuk bahasa. Karena ada suatu sarana mengungkapkan kebenaran yang sudah dipastikan, tetapi lebih jauh lagi merupakan sarana menemukan suatu kebenaran yang sebelumnya diketahui. h. Kebutuhan hidup manusia, dalam interaksinya dengan dunia dan lingkunganya, manusia memerlukan pengetahuan. Maka, kebutuhan manusia juga dapat mendasari dan mendorong manusia untuk mengembangkan pengetahuannya. Berbeda dengan binatang, manusia memperoleh pengetahuan tidak hanya didasarkan pada instrinsif tapi juga kreatif. Manusia adalah makhluk yang mampu menciptakan alat, memiliki strategi dan kebijaksanaan dalam bertindak. Walaupun kebutuhan manusia yang mendasari pengetahuan termasuk kedalam dimensi pragmatis pengetahuan, tetapi juga terdorong oleh rasa keingintahuan yang dimiliki.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar