Klasifikasi Preeklampsi :
a. Preeklampsi ringan ditandai :
- Tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan intrerval 6 jam pemeriksaan.
- Tekanan darah diastol 90 atau kenaikan 15 mmHg.
- BB naik lebih dari 1 Kg/minggu.
- Proteinuri 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 – 2 pada setiap urine kateter atau midstearh.
b. Preeklampsi berat ditandai :
- Tensi 160/110 mmHg atau lebih.
- Oliguri, urine , 400 cc/24 jam.
- Proteinuri > dari 3 gr/l.
- Keluhan subyektif : nyeri epigastrium, nyeri kepala, gangguan penglihatan, gangguan kesadaran, oedema paru dan sianosis.
Predisposisi preeklampsi meningkat pada kehamilan :
- Penyakit Trophoblastic
Terjadi pada 70 % dari wanita dengan mola hidatidosa terutama pada usia kehamilan 24 minggu.
- Multigravida
Walaupun kejadian preeklampsi lebih besar pada primigravida, insidennya meningkat juga pada multipara kejadiannya hampir mendekati 30 %.
- Penyakit Hipertensi kronik.
- Penyakit Ginjal kronik.
- Hidramnion, gemmeli.
- Usia ibu lebih dari 35 tahun.
- Cenderung Genetik.
- Memiliki riwayat Preeklampsi.
- DM, insiden 50 %.
- Obesitas.
Penanganannya:
a. Preeklampsi Ringan :
Jika kehamilan kurang 37 minggu dilakukan pemeriksaan 2 kali seminggu secara rawat jalan :
Ø Pantau tensi, proteinuri, reflek patela, dan kondisi janin.
Ø Lebih banyak istirahat.
Ø Diet biasa.
Ø Tidak perlu obat-obatan.
b. Preeklampsi Berat :
Penangananya sama, kecuali persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah kejang.
Pengkajian:
a. Anamnese :
- Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkwinan, berapa kali nikah, dan berapa lama.
- Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa, sudah pernah melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur.
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal, HT, paru.
- Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi atau preeklampsi.
- Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita penyakit jantung, ginjal, HT, dan gemmeli.
- Pola pemenuhan nutrisi.
- Pola istirahat.
- Psiko-sosial- spiritual :emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan.
b. Pemeriksaan fisik :
- Inspeksi : oedema, yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi oedema dengan menekan bagian tertentu dari tubuh.
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress, kelainan jantung, dan paru pada ibu.
- Perkusi : untuk mengetahui reflek patela sebagai syarat pemberian Mg SO4.
- Pemeriksaan penunjang :
¨ Tanda vital yang diukur 2 kali dengan interval 6 jam.
¨ Laboratorium : proteinuri dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau + 1 sampai + 2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit menurun, berat jenis urine meningkat, serum kreatinin meningkat, uric acid > 7 mg/100 ml.
¨ USG : untuk medeteksi keadaan kehamilan, dan plasenta.
¨ NST : untuk menilai kesejahteraan janin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar