penyakit Hipertensi dan gejalanya
1. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstruksi dan relaksasi pemburuh darah berlanjut ke bawah kekorda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simptis toraks abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di hentarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke gnglia simpatis. Pada tiksangan tik naoron pengalian merupakan asetil kolin ,yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembulu darah terhadap rangsangan vasokontriktor individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin.
Pada saraf bersamaan sestem saraf simpatis meransang pembuluh darah sebagai respon angsangan kalenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktifitas vaksokontriksi, madulla adrenal mengeksi epinefrin yang menyebabkan vaksokontruksi. korteks adrenal mengereksi kortisol dan steroid yang dapat memperkuat respon vaskontriktor.
Perubahan struktur dan funsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi asteokorosis hilangnya alasitas jaringan ikat, dan penurunan pada relaksasi otot polos pembuluh darah. konsekuensinya aorta dan arteri besar kuran kemampuanya dalam mengkomudasi volume darah yang dipompa oleh jantung mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahapan perifer. (Bare,2009).
2. Gejala hipertensi
Gejala klinis hipertensi seperti pusing, mudah marah, telingang berdengung, mimisan (jarang), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat ditengkuk, muda lelah, mata berkunang- kunang, jika hipertensi berat atau menahun dan tidak di obati bisa menimbulkan gejala seperti:
- a. Sakit kepala
- b. Kelelahan
- c. Muntah
- d. Sesak nafas
- e. Gelisa
f. Pandangan menjadi kabur yang terjdi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal,
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah gangguan pemglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan funsi ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang menggakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran. Sebelum bertamba parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan. Beberapa kasus hipertensi erat kaitanya dengan gaya hidup tidak sehat, seperti kurang olah raga, stres, miunm-minuman, berakohol, merokok, dan kurang beristirahat. Kebiasan makan juga perlu diwaspadai. Pembatasan asupan natrium ( kompunen utama garam ),sangat dirasakan sangat dirasakan karena terbukti baik untuk kesehatan penderit hipertensi. (sumber info : global network edisi agastus, 2007)
3. Etiologi
Berdasarkan penyakitnya, hipertensi dapat di bedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Hipertensi esiensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui peyebabnya, terdapat sekitar 90% penderita hipertensi. Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti genetikc dan lingkungan.
1. Genetik atau keturunan.
Hipertensi di dapatkan pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar.
2. Faktor lingkungan seperti stress, obesistas, kurang olahraga dan faktor lainya:
a. Stres
Hubungan antara stres den hipertensi diduga melalui akyifitas saraf simpatis yang darat meningkatkan tekanan drah secara bertahap.
b. Obesitas.
Obesitas atau kegemukan di mna berat badan mencapai indeks masa tubuh > 27% BB (Kg), juga merupakan faktor resasiko terhadap timbulnya hipertensi.Obesitas merupakan ciri dari populasi hipertensi, curah jangtung dan srikulasi darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita yang tidak obesitas.
c. Olalraga.
Olahraga dihubungkan dengan pengobatan hipertensi terhambat, hipertensi menurut olahraga yang istonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah selain itu juga digunakan untuk mengurangi asupan garam dalam tubuh.
d. Faktor lainnya yang dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan pada pembuluh darah turut berperan pada penyakit hipertensi. Faktor yang mengpengaruhi antara lain merokok dan mengkomsumsi alkoho
e.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal yaiyu hipertensi yang menyebabkan dapat diketahui, terdapat sekitar 10% penderita hipertensi yang mengalami hal tersebut. (http:/medical medis.idcom).
4. Gambaran klinis hipertensi.
Gambaran klinis hipertensi dapat terjadi dengan adanya gejala asma yang terdiri tiroid dispnea, bentuk dan mengi (bengkak atau sesak napas ). gejala sesak napas sering di angap sebagai gejala yang sering ada, hal ini berarti penderita menganggap penyakitnya adalah asma namun tidak mengelukan sesak napas maka pasien harus di yakinkan bukan menderita asma.
a. Gambaran objektif hipertensi.
Kondisi pasien dalam keadaan
1. Sesak nafas parah dengan akspresi memanjang dan wezing
2. Dapat di serta bentuk dengan spetum kental dan sulit dikeluarkan
3. Benafas dengan mengunaakan otot-otot tambahan
4. Sianosis, takikardia, gelisa dan pulpus paraduksus
5. Fase akspresi memanjang di sertai wejing
b. Gambaran subjektif hipertensi.
Pasien pengeluhan
1. Sukar makan
2. Sesak napas
3. Anoreksia.
c. Gambaran psiksosial hipertensi
1. Cemas
2. Takut
3. Muntah terasa tegang.
6. Penatalaksana diet.
a. Tujuan diet.
Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi Garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan darah pada pasien Hipertensi.
b. Syarat diet
1. Cukup kalori 2230,protein 75gr, mineral dapat di sesuaikan dengan kebutuhan pasien, vitamin, vitamin terdiri dari vitamin A 6139 mg, vitamin C 78 mg.
2. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.
3. jumlah natrium di sesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam air atau hipertensi
c. Macam-macam diet dalam indikasi pemberian .
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan adema atau asites atau hipertensi seperti yang terjadi pada penyakit dekonpensasi kordis, sironis hati, penyakit ginjal tertentu troksema pada kehamilan dan hipertensi esensial. Diet ini mengandung cukup zat-zat sesuai dengan keadaan penyakit dapat diberikan berbagai tingkat diet garam rendah.
1. Diet rendah garam I (200-400 mg Na ).
Diet garam rendah I di berikan kepada pasien dengan edema, atau asites dan atau hipertensi berat. pada pengolahan makananya tidak di tambahkan garam dapur. di hindari bahan makanan yang tinggi kadar natrium.
2. Diet rendah garam II (600-800 mg Na ).
Diet rendah garam II diberikan pada pasien dengan edema, asistes, dan atau hipertensi tidak terlalu berat. pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah 1. Pada pengolahan makanan boleh mengunakan ½ sdt garam dapur ( 2 gr ). Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natrium.
3. Diet rendah garam III (1000-1200 mg Na )
Diet rendah III diberikan pada pasien dengan edema atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan edema dan atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah garam 1. Pada pengolahan boleh mengunakan 1 sdt (4 gr ) garam dapur. ( buku penuntun diet ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar